“Tanpa upaya kooperatif dari pemerintah Yaman untuk menemukan solusi nyata, saya pikir tidak ada gunanya bagi SOS menyediakan dana dan perhatian,” kata Jonkergouw.
Mengevakuasi sejumlah besar hewan di kebun binatang dari zona perang bukan perkara mudah, dan dapat menyebabkan pemerintah Yaman mengalami tantangan logistik berbahaya. Tetapi, sebenarnya sudah ada alternatif untuk mengatasinya.
Princess Alia Foundation di Yordania dan Breeding Centre for Endangered Arabian Wildlife di Uni Emirat Arab, mengatakan mereka siap mengevakuasi hewan-hewan itu. Proses evakuasi bisa menghabiskan dana hingga 500.000 dolar AS, karena membutuhkan petugas keamanan bersenjata untuk memastikan keselamatan evakuasi.
Jonkergouw yakin bahwa organisasinya dan beberapa organisasi lain dapat menggalang dana untuk evakuasi, tetapi ia menekankan bahwa pemerintah Yaman harus menyetujui untuk memfasilitasi evakuasi terlebih dahulu.
Petugas pemerintah Yaman pernah berkata pada Jonkergouw bahwa mereka tidak akan menerima tawaran itu. “Mereka bilang tidak akan pernah membiarkan hewan-hewan itu keluar dari Yaman dan bahwa saat ini hewan-hewan itu dirawat dengan baik dan dalam kondisi baik-baik saja. Saya tentu langsung marah,” kata Jonkergouw.
“Saya berkata, ‘mengapa hewan-hewan itu baik-baik saja? Itu karena saya menggalang dana hingga mencapai 125.000 dolar dan membayar hampir semua kebutuhan hewan-hewan itu tanpa mendapatkan kooperasi sedikitpun untuk mendapatkan solusi. Saya sudah muak dengan semua ini. Saya akan berhenti’,” katanya.
Seorang pejabat dari Environment Protection Authority Yaman, yang mewakili pemerintah dalam pembicaraan dengan Jonkergouw, tidak memberikan tanggapan ketika dimintai komentar.
Faktor macan tutul
Di planet ini, hanya tersisa sekitar 80 macan tutul arab di alam liar. Kebun binatang Taiz memiliki 28 ekor, termasuk dua anak macan tutul yang baru lahir pada September lalu. Jonkergouw meyakini, Yaman enggan mengirim kucing besar itu ke negara lain, bahkan untuk sementara, karena sebagai hewan nasional, macan tutul arab merupakan sumber kebanggaan yang mendalam.
Kehilangan macan tutul arab merupakan bencana, mengingat betapa langkanya spesies ini. Empat anak macan tutul hilang dari kebun binatang Taiz, tak lama setelah SOS turun tangan. Petugas kebun binatang saat itu mengatakan bahwa mereka kemungkinan dimakan oleh sesamanya. Jonkergouw meningkatkan posibilitas bahwa kemungkinan mereka dicuri dan dijual ke pasar gelap. Pasca kejadian itu, ia menempatkan petugas keamanan bersenjata untuk menjaga para macan tutul .
Saat ini, status kebanggaan macan tutul di Yaman, mungkin bisa menjadi kunci untuk pembebasan dan penyelamatan mereka. Jika para macan tutul mulai sekarat karena kelaparan, Jonkergouw berharap pemerintah mungkin akan mengalah dan mengizinkan transfer macan tutul dan seluruh hewan lainnya. “Mungkin harus ada lebih banyak macan tutul yang mati dulu, baru mereka menyadari bahwa seharusnya hewan-hewan itu dievakuasi,” katanya.
Jonkergouw berniat untuk memberi makan binatang kembali segera setelah surat izin penyelamatan oleh fasilitas di Yordania atau UEA, atau menguraikan rencana alternatif.
Ia mengaku lebih baik melihat hewan-hewan itu dieutanasia ketimbang mereka harus menghadapi kematian karena kelaparan. “Tetapi saya pikir kebun binatang tidak akan setuju dengan eutanasia,” katanya.
Jonkergouw mengatakan, dirinya sering mendapat pertanyaan, bagaimana bisa ia membenarkan tindakan penyelamatan hewan di zona perang, sementara banyak manusia yang sekarat dan menderita.
“Manusialah yang menempatkan hewan-hewan itu di sini. Mereka adalah tanggungjawab kita,” katanya.
“Ada begitu banyak penderitaan manusia di dunia, dan akan terus bertambah di masa depan. Jika Anda memandangnya dari sudut pandang itu, maka Anda tidak akan pernah sampai pada pemikiran tentang kesejahteraan hewan. Hal itu akan terus menerus jadi alasan untuk tidak bertindak. Ini adalah tanggung jawab kita,” pungkasnya.