Mengartikan Kembali Gender

By , Rabu, 4 Januari 2017 | 16:00 WIB

Persoalan identitas gender yang begitu pribadi kini telah masuk ke wilayah publik sampai ke tingkat yang tak terbayangkan pada satu dasawarsa yang lalu. Dalam edisi khusus kali ini, kami menyoroti aspek budaya, sosial, biologi, dan politik dari gender. Namun pertama-tama, kami jelaskan terlebih dulu istilah-istilah yang kami pergunakan. 

Glosarium ini dibuat dengan berkonsultasi dengan Eli R. Green dari Center for Human Sexuality Studies di Widener University, Pennsylvania, dan Luca Maurer dari Center for Lesbian, Gay, Bisexual & Transgender Education, Outreach, and Services di Ithaca College, New York. Mereka berdua adalah penulis buku The Teaching Transgender Toolkit.

Agender: Menggambarkan orang yang tidak mengidentifikasikan bahwa dirinya memiliki identitas gender yang bisa dikategorikan sebagai pria atau wanita atau yang mengidentifikasikan bahwa dirinya tak memiliki identitas gender.

Androgynus/Androgini: Kombinasi dari ciri-ciri khas maskulin dan feminin atau merupakan ekspresi gender yang nontradisional.

Sisgender (cisgender): Istilah untuk menggambarkan orang yang identitas gendernya cocok dengan jenis kelamin biologis yang dinyatakan bagimereka saat lahir. (Kadang kala disingkat menjadi “sis.”)

Gender Binary/Binari gender: Gagasan bahwa gender merupakan pilihan mutlak satu dari antara dua, laki-laki/pria/maskulin atau perempuan/wanita/feminin, berdasarkan jenis kelamin yang dinyatakansaat lahir, dan bukan sebuah rentang atau spektrum dari identitas dan ekspresi gender. Binari gender dianggap membatasi dan problematik bagi mereka yang tidak tepat cocok dalam kategori satu di antara dua tadi.

Gender conforming: Orang yang ekspresi gendernya konsisten dengan norma budaya yang diharapkan dari gender itu. Menurut norma-norma ini, pria dan anak laki-laki adalah atau seharusnya maskulin, sedangkan wanita dan anak perempuan adalah atau seharusnya feminin. Tidak semua sisgender merupakan orang yang akur gender, dan tidak semua orang transgender merupakan orang yang tak akur gender. ( Contohnya, seorang wanita transgender bisa saja memiliki ekspresi gender yang sangat feminin.)

Gender dysphoria: Diagnosis medis bahwa seseorang adalah transgender sebagaimana didefinisikan oleh Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi kelima (DSM-5), yang dikeluarkan oleh the American Psychiatric Association. Masuknya disforia gender sebagai sebuah diagnosis dalam DSM-5 merupakan hal kontroversial dalam komunitas transgender karena hal itu menyiratkan bahwa menjadi transgender merupakan penyakit mental dan bukan identitas yang valid. Akan tetapi, karena diagnosis resmi umumnya dibutuhkan agar dapat menerima atau menyediakan pengobatan di Amerika Serikat, hal ini membuka akses bagi perawatan medis untuk sejumlah orang  yang biasanya tidak bisa menerimanya.

Gender expression/Ekspresi gender: Tampilan gender yang terlihat dari luar pada diri seseorang, biasanya terdiri dari gaya pribadi, pakaian, gaya rambut, riasan, perhiasan, gaya bicara, dan gerak-gerik. Ekspresi gender secara khasdikategorikan menjadi maskulin, feminin, atau androgini. Semua orang mengekspresikan suatu gender. Ekspresi gender bisa sesuai dengan identitas gender seseorang atau bisa juga tidak.

Genderfluid: Seseorang yang identitas atau ekspresi gendernya berpindah-pindah antara pria/maskulin dan wanita/feminin atau berada di suatu tempat di antara spektrum ini.

Gendery Identitiy/Identitas gender: Sebuah perasaan internal dan amat terpatri dalam diri seseorang tentang siapa dia sebagai seseorang yang bergender; gender yang dipakai untuk mengidentifikasi diri sendiri.

Gender marker/Penanda gender:Istilah (laki-laki, perempuan, atau lainnya) yang ada dalam catatan resmi seseorang, seperti akta kelahiran atau SIM. Penanda gender dalam dokumen seorang transgender adalah jenis kelamin yang dinyatakan baginya saat lahir kecuali mereka mengubahnya secara resmi, di wilayah dunia yang memperbolehkan hal tersebut.

Gender nonconforming: Orang yang ekspresi gendernya dianggap tidak konsisten dengan norma-norma budaya yang diharapkan dari gender tersebut. Secara spesifik, pria atau anak laki-laki tidak “cukup maskulin” atau dianggap feminin, sementara wanita atau anak perempuan tidak “cukup feminin” atau dianggap maskulin. Tidak semua orang transgender merupakan orang yang tak akur gender, dan tidak semua orang tak akur gender mengidentifikasikan diri sebagai transgender. Orang sisgender bisa juga tak akur gender. Orang sering kali tertukar secara tidak akurat antara ketidakakuran genderdengan orientasi seksual.