Ziarah Riwayat Foramadiahi dan Kastela

By , Kamis, 9 Februari 2017 | 11:30 WIB

Di benteng Kastela peserta jelajah juga memperoleh penjelasan dari pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Maluku Utara, perihal benteng Kastela sebagai Cagar Budaya dan upaya polestariannya.

“Kami sudah melakukan studi teknis, dan berupaya melakukan perlindungan dan menjaga keaslian tanpa merubah. Bagi masyarakat, dengan cara sederhana, pengunjung tidak naik ke reruntuhan batu benteng, tidak merusak atau corat-coret, adalah tindakan yang dapat dilakukan masyarakat untuk ikut melestarikan benteng Kastela sebagai Cagar Budaya,” demikian penjelasan Ujon Sujana, staf BPCB Malut. Dia sangat berharap masyarakat ikut andil dalam upaya pelestarian Cagar Budaya yang ada di Indonesia.

Kerabat Kesultanan Ternate, yang berbusana adat, tengah menanti keberangkatan perahu di Pelabuhan Dodoku Mari, yang artinya "Pelabuhan Batu". Tampak latar Gunung Gamalama yang berselendang awan. Gunung ini kerap disebut-sebut dalam catatan para penjelajah samudra asal Eropa pada abad ke-16 dan ke-17. (Mahandis Yoanata Thamrin/National Geographic Indonesia)

Kegiatan pun berakhir dengan makan siang bersama di pantai Kastela sebagai pos pemberhentaian terakhir. Sesudah acara makan bersama, peserta diingatkan kembali perihal asal-muasal Ternate, dan mengharapkan agar kegiatan seperti ini dimaknai sebagai upaya mengenal sejarah dan budaya Ternate agar muncul rasa cinta dan mau bersama-sama menjaga kelestarian Pusaka Ternate.

Inilah salah satu cara Ternate Heritage Society memperingati hari jadi kota Ternate yang jatuh pada 29 Desember. Kami menziarahi makam Sultan Baabullah (yang berhasil membuat orang-orang Portugal angkat kaki dari Ternate pada 29 Desember 1575), belajar sejarah asal-muasal Ternate hingga priode benteng Kastela. Semoga peserta,  yang sebagian besar adalah anak muda Ternate, semakin mengenal negerinya sendiri dan akan terus bekerja untuk kemuliaan bangsanya.

Mari mencintai alam, sejarah dan budaya untuk masa depan yang lebih baik.