Tak Hanya Lingkungan, Perubahan Iklim Juga Mengancam Kesehatan Mental Kita

By , Senin, 20 Februari 2017 | 17:00 WIB

Tak hanya berdampak pada lingkungan, perubahan iklim ternyata juga memiliki efek buruk terhadap kesehatan mental kita.

Hal ini disampaikan oleh tim ilmuwan dari Center for Health and the Global Environment di Harvard T.H. Chan School of Public Health. Diwakili oleh Lise Van Susteren, mereka menyampaikan hubungan antara perubahan iklim dan kesehatan mental di Climate & Health Meeting, Kamis, 16 Februari lalu. Forum ini mempertemukan para ahli dari berbagai organisasi kesehatan masyarakat, universitas dan kelompok advokasi untuk membahas dampak perubahan iklim terhadap kesehatan.

“Para peneliti telah mendokumentasikan hubungan antara iklim yang ekstrim dan peristiwa cuaca dengan peningkatan agresi,” kata Van Susteren.

Ia mengatakan, sebuah studi tahun 2013 yang diterbitkan dalam jurnal Science menemukan bahwa peningkatan suhu dan curah hujan ekstrim terkait dengan peningkatan konflik antar individu maupun kelompok.

Baca juga:

Perubahan Iklim Picu Perang dan Peningkatan Konflik?

Perubahan Iklim Bisa Berdampak Pada Pasokan Pangan Dunia

“Suhu yang meningkat menyebabkan peningkatan level adrenalin dalam tubuh, yang dapat berkontribusi pada agresi,” ujarnya.

Van Susteren juga menyoroti hubungan antara meningkatnya polusi udara dengan risiko masalah neurologis dan psikiatris yang lebih tinggi. “Ketika seseorang menghirup partikel-partikel polutan di udara yang tercemar, partikel tersebut dapat memasuki saraf penciuman seseorang dan menyebabkan peradangan saraf,” ucapnya.

Baca juga:

Es Laut Antarktika Menyusut Hingga Titik Terendah

Hampir Seluruh Kehidupan di Bumi Telah Terdampak Perubahan Iklim

Ia menambahkan, peradangan saraf terkait dengan gangguan kesehatan yang ditemukan di semua kelompok umur, termasuk penyakit Alzheimer dan gangguan kognitif.

“Satu hal yang perlu diteliti lebih lanjut, yaitu apakah inflamasi saraf ini juga dapat menyebabkan lebih banyak gangguan psikiatris konvensional, seperti kecemasan dan depresi. Sebab, sebelum ini, American Psychological Association telah melaporkan bahwa ketika wanita hamil terpapar polusi udara, anak yang dilahirkan cenderung memiliki gejala kecemasan dan depresi,” tambah Van Susteren.

Namun, ia mencatat bahwa tidak semua efek perubahan iklim pada kesehatan dapat dihitung dengan mudah dalam studi. “Tak semua hal bisa dithitung. Sebaliknya, ada efek tersembunyi dan berbahaya dari perubahan iklim yang dapat menyebabkan tekanan psikologis pada masyarakat yang akan sulit untuk diatasi,” ucapnya.

Baca juga:

Dampak-dampak Pemanasan Global Kini Semakin Nyata

Perubahan Iklim Menginfeksi Kerang, Berdampak pada Kesehatan Manusia

Salah satu kasusnya, ia menyebutkan, seorang remaja berusia 17 tahun asal Australia yang mengalami stres akibat perubahan iklim. Pasien tersebut menolak meminum air karena ia meyakini bahwa tindakannya itu dapat menyebabkan kematian jutaan orang di negara-negara yang dilanda kekeringan parah.

Dokter yang menanganinya menyebut kondisi stres tersebut sebagai “delusi perubahan iklim”. Ia melaporkan kasus langka tersebut dalam sebuah karya ilmiah yang diterbitkan dalam  Australian and New Zealand Journal of Psychiatry pada 2009 silam.

Dalam paparannya, Van Susteren juga menekankan pentingnya mengambil langkah penanganan terhadap perubahan iklim. “Jika kita tidak segera bertindak, perubahan iklim bisa memberikan efek mendalam seperti kasus remaja Australia pada kesehatan mental anak-anak lain juga,” pungkasnya.