Supaya planet yang terkunci gravitasinya bisa laik huni, planet harus memiliki sistem pendingin udara yang menyeimbangkan temperatur permukaan di seluruh area terang dan gelap. Pada salah satu pemodelan cuaca planet yang terkunci gravitasinya, sistem pendingin udara ini diganti oleh angin kencang yang bergerak ke timur untuk mendistribusikan panas dari area siang ke area malam. Diperkirakan pada sisi siang, temperatur lebih dari 100º C dan di sisi malam, temperatur di bawah titik beku yakni kisaran -100º C. Aliran angin bergerak melintasi seluruh lintang. Pada lintang tinggi, ada interaksi atmosfer yang terionisasi dengan medan magnetik planet. Akibatnya, angin di lintang tinggi bisa diredam dan terjadi variasi pada kecepatan angin maupun pada sirkulasi angin kencang di area ekuator.
Untuk beberapa kasus, panas yang terdistribusi ternyata bisa membuat planet jadi hangat di area gelap dan planet bisa berpotensi laik huni.
Pemodelan lain mengungkapkan kalau planet yang mengelilingi bintang katai merah pada jarak dekat bisa lolos dari penguncian gravitasi. Kuncinya ada pada atmosfer dari planet itu sendiri. Jika planet memiliki atmosfer tipis mengelilingi bintang katai merah pada jarak 1/3 jarak Matahari – Bumi, maka masih ada kemungkinan planet tersebut untuk lolos dari penguncian gravitasi. Jika atmosfernya lebih tebal dan jaraknya juga lebih dekat lagi dengan bintang, maka planet masih bisa lolos dari kondisi terkunci gravitasinya oleh bintang.
Cuaca
Pada planet kebumian, saat batuan dan mineral terpapar udara, maka akan ada reaksi kimia dengan gas di dalamnya. Batuan akan mengalami erosi dan lapisan baru akan tampil di permukaan. Lapisan baru ini kemudian berinteraksi lagi dengan udara dan semakin banyak gas yang diubah. Jika kecepatan proses erosi ini selaras dengan gas baru yang dilepaskan ke atmosfer, maka iklim di planet akan stabil. Gas baru tersebut bisa berasal dari erupsi gunung api di planet.
Pada planet yang terkunci gravitasi, area substellar yang paling dekat dengan bintang akan terus menerus menerima panas dan mempengaruhi cuaca dan iklim di atmosfer. Ini terjadi karena aliran panas berlebih bisa meningkatkan perubahan cuaca di area yang terpapar panas paling banyak tersebut. Temperatur yang terlalu tinggi juga bisa menyebabkan hujan deras yang pastinya mempengaruhi cuaca di planet. Hujan yang sangat deras akan meningkatkan terjadinya erosi batuan di planet. Artinya akan ada kelimpahan batuan baru yang terus bereaksi dengan atmosfer, dan menghabiskan komponen yang di situ.
Jika area substellar ini jadi dingin, proses perubahan cuaca juga akan lambat. Akibatnya tidak banyak batuan baru yang tersedia untuk reaksi kimia dan pembentukan gas di atmosfer. Proses vulkanik di planet bisa melepaskan lebih banyak materi di atmosfer dibanding yang bisa diserap batuan. Ada ketidakstabilan dan bisa memicu terjadinya pemanasan berlebih dan menyebabkan efek rumah kaca. Semua ini terjadi karena panas dari bintang terfokus hanya pada satu area yang tepat berhadapan dengan bintang.
Proses cuaca di satu planet bisa menghasilkan cerita yang berbeda. Di Bumi, efek rumah kaca bisa dikendalikan. Sementara di Venus, efek rumah kaca berlebih terjadi dan menjadikan planet ini luar biasa panas dan tidak cocok untuk kehidupan. Kondisi ekstrim lain yang bisa terjadi adalah perubahan panas dan dingin yang terjadi terus menerus sepanjang hidup. Pada kondisi ekstrim seperti ini tentu kehidupan tidak dapat berkembang. Tapi, evolusi kehidupan tidak terjadi dalam sekejap. Butuh waktu panjang untuk kehidupan bertumbuh dan berkembang di Bumi.
Kala hidup bintang katai merah yang lebih panjang jelas menguntungkan untuk evolusi kehidupan. Tapi keberadaan planet yang sangat dekat dengan bintang jadi tantangan tersendiri. Untuk bisa mencapai kestabilan cuaca, area substellar yang terus menerus menerima panas harus berada di permukaan tanah bukan di dalam lautan. Dan gas yang diserap haruslah gas yang banyak terdapat di atmosfer.
Itu idealnya. Yang jelas masih butuh hasil pengamatan untuk membuktikan itu semua.
Untuk bisa mengetahui detil kondisi di exoplanet tentu tidak mudah. Kita tidak bisa mengunjungi planet-planet tersebut. Bahkan untuk menemukannya pun hanya dari efek yang ditimbulkan planet pada bintang. Demikian juga untuk mengetahui keberadaan angin di planet yang berada sangat dekat dengan bintang. Pengamatan pun dilakukan pada planet yang terkunci gravitasi dan mudah diamati atmosfernya.
Planet Jupiter panas.