Kerangka Wanita Abad ke-14 Ditemukan dalam Posisi Melahirkan Dalam Kubur

By , Senin, 29 Mei 2017 | 14:00 WIB

Sebuah fenomena melahirkan dalam kubur ditemukan dalam kuburan abad ke-14. Fenomena langka ini yang dikenal dengan nama postmortem fetal extrusion ini terjadi karena tekanan gas dalam tubuh yang membusuk mendorong janin keluar dari tubuh ibu.

“Dalam kasus ini, kita menemukan pengeluaran parsial dengan janin berusia 38 hingga 40 minggu. Janin tersebut ditemukan masih utuh di dalam jalan lahir,” kata Deneb Cesana dari University of Genova.

Sebenarnya, sisa tulang dan tengkorak wanita tersebut dan bayinya telah ditemukan di komplek arkeologis Ospedale di San Nicolao di Pietra Colice pada tahun 2006 bersama dengan dua orang lainnya yang berusia 12 dan tiga tahun ketika meninggal.

Namun, baru kali ini sisa tulang mereka diinvestigasi.

Dipimpin oleh Cesana, Ole Jørgen Benedictow, seorang sejarawan wabah di University of Oslo, dan Raffaella Bianucci, seorang bioantropologis di University of Warwick in England, laporan mengenai penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Anthropological Science.

Fabrizio Benente, seorang arkeolog dari University of Genova yang tidak terlibat dengan penelitian tersebut, tetapi memimpin kampanye penggalian tersebut, mengatakan, wanita tersebut ditemukan berbaring miring. Sementara itu, di sisi kirinya ada dua individu muda yang belum diketahui jenis kelaminnya.

Dia melanjutkan, ini adalah satu-satu kuburan bersama yang ditemukan di sana. Yang lainnya sendiri-sendiri.

Mayat-mayat tersebut dikubur bersamaan di dalam tanah pada abad ke-14 ketika pandemi Wabah Hitam tiba di genoa pada tahun 1348. Para peneliti menduga bahwa wanita tersebut dan kedua anak-anak yang dikubur bersama meninggal karena wabah tersebut.

Dugaan ini kemudian dikonfirmasikan oleh analisa Bianucci yang menemukan bahwa wanita tersebut, janin yang dikandungnya, dan anak berusia 12 tahun itu teruji positif untuk antigen F1 dari Yersinia pestis, bakterium yang menyebabkan Wabah Hitam.

“Ini adalah bukti pertama mengenai infeksi Y. Pestis pada abad ke-14 di Liguria,” ucap Bianucci.

“Penemuan kami mendukung hipotesa bahwa wabah yang berawal dari pelabuan Genoa menyebar secara progresif melaui rute komunikasi utama,” tambahnya, merujuk kepada fakta bahwa area arkeologi tersebut pernah digunakan sebagai tempat peristirahatan para wisatawan dan peziarah yang melewati Liguaria untuk ke Roma.

Investigasi lebih lanjut yang dilakukan dan didanai oleh Archaeological Museum of Sestri Levante dan Archaeological Superintendency of Liguria menemukan bahwa wanita tersebut berusia di antara 30 hingga 39 tahun dan bertinggi badan sekitar 180 sentimeter ketika meninggal.

Wanita tersebut juga menderita beberapa penyakit dalam hidupnya. Para peneliti menemukan periodontitis dan linear enamel hypoplasia pada gigi.

Wanita tersebut juga mengalami disklokasi pinggang bawaan dan penyakit Legg-Calve-Perthes, sebuah kondisi masa kecil yang menyebabkan kecacatan permanen pada tulang paha. Kedua kondisi tersebut membuat wanita tersebut harus berjalan pincang.

Sementara itu, tengkorak individu berusia 12 tahun menunjukkan bekas luka yang disebabkan oleh kekurangan nutrisi dan penyakit metabolisme, dan individu berusia tiga tahun tidak tampak memiliki penyakit apa-apa.

Para peneliti belum melakukan analisa DNA yang akan menentukan jenis kelamin anak-anak tersebut dan hubungan mereka dengan sang wanita, tetapi Benente berkata bahwa kemungkinan mereka sekeluarga sangat besar.

Dia juga percaya bahwa pada abad ke-14, Ospedale di San Nicolao di Pietra Colice digunakan sebagai rumah sakit untuk orang-orang yang terkena wabah dan itulah sebabnya wanita tersebut berada di sana bersama kedua anak yang dikuburkan bersamanya.

“Dia hamil tua dan pincang. Keduanya bukan kondisi terbaik untuk melakukan ziarah ke Roma, apalagi sambil membawa dua anak,” ucapnya.