Temuan Besi dari 2.000 tahun Silam di Swedia Ubah Pemahaman Sejarah

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Senin, 10 Januari 2022 | 17:00 WIB
Mata sabuk yang ditemukan di situs arkeologi Sangis. Temuan ini mengubah pandangan sejarah bahwa kepandaian besi bisa berkembang pula pada masyarakat berburu-pengumpul. (S. Nygren/Norrbottens Museum)

Berdasarkan usianya, produksi di sini dimulai sekitar 100 SM. Meski demikian, penanggalan karbon pada tulang hewan yang ditemukan sekitar pembakaran Vivungi, pemburu-pengumpul telah berulang kali menempati lokasi ini sekitar 5300 SM hingga 1600 Masehi.

Menurut para arkeolog, penduduk yang tinggal di sekitar lingkar Arktik itu mampu memproduksi kerajinan benda logam dengan upaya pengorganisasian berskala besar.

Tungku pembakaran pembuatan besi di situs Vivungi. Pada gambar di bawah, arang menyisakan jejak bentuk besi yang digunakan di atasnya untuk produksi logam. ( C. Bennerhag/Norrbottens Museum)

"[Mereka] Mungkin memperoduksi lebih banyak besi dan beja dan lebih terorganisir seara sosial dan menetap daripada yang kita duga sebelumnya," kata arkeolog Kristina Söderholm, salah satu penulis makalah dari The History Unit di Lulea University of Technology pada Science News.

Mereka yang hidup berpindah-pindah selama beberapa tahun itu tampaknya bertukar sumber daya dan pengetahuan terkait metalurgi, cara untuk mengekstrak logam dari bijih. Biasanya gaya hidup nomaden mereka dilakukan dengan melintasi hutan yang dingin, dan mencari danau atau petak rawa sebagai sumber daya utama bertahan hidup.

Para peneliti menjelaskan, kelompok-kelompok pemburu-pengumpul ini pasti telah lama menetap untuk waktu yang cukup lama pada kawasan yang dekat dengan sumber daya penting dalam produksi logam.

Baca Juga: Bagaimana Manusia Kuno Menyimpan Makanan Sebelum Kulkas Diciptakan?

Mereka pastinya membutuhkan bijih yang melimpah, kayu yang dibutuhkan untuk membuat arang dan tanah liat, dan batu, yang berguna untuk membuat tungku dan lubang api yang digunakan dalam produksi besi.

Marcos Martinón-Torres, arkeolog University of Cambridge dan tidak terlibat dalam penelitian, berpendapat bahwa temuan ini mendorong lebih jauh pandangan sejarah bila peradaban besi berasal dari masyarakat pertanian di Asia Barat lebih dari 3.000 tahun silam. Sebelumnya, teknologi pengeolahan besi dianggap disebar ke tempat lain dan diadopsi.

"Studi ini sangat mendalam karena logamnya adalah besi, biasanya dianggap sebagai metalurgi yang lebih menantang daripada tembaga atau emas; pembuatnya adalah pemburu-pengumpul, secara historis diasumsikan hanya menggunakan teknologi dasar; dan lokasinya berada di wilayah yang sebagian besar diabaikan dalam sejarah teknologi," ujarnya.

 Baca Juga: Temuan Harta Karun di Rusia Membuka Titik Terang Tentang Zaman Migrasi