Ingin Mendaki Tujuh Gunung Tertinggi Dunia? Simaklah Porsi Latihan Fisik Dua Perempuan Pendaki Indonesia Ini

By , Sabtu, 1 Juli 2017 | 15:00 WIB

Sudah lima gunung yang berhasil dicapai oleh dua srikandi dari tim The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala-Unpar (WISSEMU). Kini tersisa dua gunung yang harus dicapai, yakni Gunung Denali di Alaska dan Gunung Everest di Nepal. Perjalanan WISSEMU menuju gunung-gunung tersebut tidaklah mudah, karena membutuhkan kondisi fisik dan mental yang matang.

Fransiska Dimitri Inkiriwang (23) dan Mathilda Dwi Lestari (23) saat ini sedang melanjutkan perjuangan untuk mendaki gunung ke enam, yaitu Gunung Denali (6.190 mdpl), Alaska, dalam perjalanan yang bertajuk BRI WISSEMU REACHING DENALI SUMMIT.

Meski tidak setinggi Everest  (8.848 mdpl), mendaki Gunung Denali juga penuh dengan tantangan. Tim WISSEMU harus melalui trek yang sangat panjang dengan membawa beban total seberat 40 kilogram. Beban seberat 22 kilogram akan dibawa di punggung dengan menggunakan tas gunung/carrier dan 18 kilogram akan dibawa menggunakan sled yang disabungkan ke carrier pendaki.

Tantangan lain dari gunung Denali ini  ialah banyaknya crevasse atau retakan gletser yang berbentuk jurang di sepanjang jalur pendakian yang meningkatkan risiko pendaki jatuh ke dalam retakan tersebut.

Dengan tantangan-tantangan tersebut, tim WISSEMU telah mempersiapakan rencana perjalanan, fisik, dan juga mental agar dapat berhasil mengibarkan bendera Indonesia di puncak Gunung Denali. 

Berbagai menu latihan fisik pun dipersiapkan oleh pendaki dengan bantuan tim pendukung dan referensi-referensi dari luar negeri. Tim WISSEMU melakukan latihan fisik enam hari dalam seminggu, yang terdiri dari latihan beban, lari jauh, lari trek, climbing, bouldering, yoga, dan juga berenang. Semua porsi latihan tersebut dibuat sesuai dengan kebutuhan tim WISSEMU di lapangan.

Persiapan fisik untuk Gunung Denali ini sedikit berbeda dengan gunung-gunung sebelumnya, dikarenakan tim WISSEMU harus membawa sendiri seluruh bebannya dengan jalur yang cukup panjang dari basecamp hingga camp akhir, maka tim WISSEMU harus terbiasa membawa beban dengan menggunakan sled.

Latihan fisik pedaki tim WISSEMU dilakukan dengan menarik beban ban berbobot 18 kilogram dengan jalur yang menanjak di Kawasan Lembang, Jawa Barat. (Priyo 'Ephot' Papataqiy)

Tim WISSEMU melakukan latihan beban dengan menarik ban seberat 18 kilogram, selama 8 jam per hari, dan dilakukan selama 3 hari berturut-turut.

Latihan ini dilakukan oleh tim WISSEMU di sepanjang jalur Pasar Lembang, Bandung hingga Tangkuban Perahu pada tanggal 6-8 Mei lalu. Tim WISSEMU memulai latihan pada pukul 8 pagi dan selesai pada pukul 6 sore. Porsi latihan ini dibuat selama 3 hari berturut-turut karena untuk melatih tubuh tim WISSEMU agar melakukan pemulihan dengan cepat dan agar dapat tetap melakukan aktivitas yang berat keesokan harinya.

Latihan ini pun lebih berat dibandingkan situasi dilapangan nantinya, karena tim WISSEMU nantinya akan menarik sled di medan bersalju. Latihan menarik ban ini dilakukan tim WISSEMU di medan beraspal. Gaya gesek antara ban dengan aspal tentunya membuat beban yang dibawa oleh tim WISSEMU semakin berat. Latihan ini diharapkan akan meningkatkan daya tahan dan mental dari dua srikandi tim WISSEMU ini saat berada di lapangan.

Latihan rutin lainnya adalah latihan beban ke Puncak Punclut, Ciumbuleuit Bandung yang dilakukan tim WISSEMU dengan target beban 25 kilogram dalam waktu 90 menit. Selain itu bentuk latihan beban lainnya adalah naik turun tangga 10 rit di gedung kampus yang memiliki 9 lantai dengan membawa beban 25-30 kilogram dalam waktu kurang dari 60 menit.

Untuk mengakrabkan mental para srikandi akan alam bebas, latihan beban juga dilakukan di Gunung Ciremai dan Gunung Burangrang. Dua Srikandi WISSEMU ini membawa beban 25 kilogram dengan target 11 jam menuju puncak Gunung Ciremai.