Film merupakan suatu media yang lebih dari sekedar menyediakan hiburan. Film juga mampu mempengaruhi beberapa keputusan mengenai kesehatan kita.
Dalam sebuah laporan baru-baru ini, Ahli Bedah Umum menyimpulkan bahwa penggambaran aktor yang merokok di film dapat secara langsung mempengaruhi keputusan para remaja untuk menggunakan produk tembakau, khususnya rokok.
"Remaja yang sangat terpapar oleh adegan merokok di film memiliki kemungkinan dua sampai tiga kali lebih besar untuk merokok daripada mereka yang kurang terpapar,” menurut Centers for Disease Control and Prevention’s Morbidity and Mortality Weekly Report.
(Artikel terkait: Bisakah Paru-paru yang Rusak Akibat Merokok Sembuh Kembali?)
Untuk menilai perubahan penggunaan tembakau di film selama bertahun-tahun, peneliti melihat data dari 2010-2016. Laporan tersebut mengungkapkan bahwa pada tahun 2016, 41 persen film terlaris di Amerika Serikat terindikasi adanya unsur tembakau, yang mencakup penggunaan rokok, cerutu, pipa, shisha, tembakau tanpa asap, dan rokok elektrik.
Meskipun jumlahnya menurun sejak 2010, laporan tersebut mengungkapkan bahwa jumlah penggunaan rokok meningkat 72 persen dari 2010-2016. Itu berarti, penggunaan tembakau terkonsentrasi pada film yang lebih sedikit.
Dari tahun 2015 hingga 2016, terjadi kenaikan penggunaan rokok sebesar 80 persen. Data tersebut berasal dari Thumbs Up! Thumbs Down!, sebuah proyek yang sedang berlangsung dengan relawan muda yang dilatih untuk menganalisis adanya penggunaan tembakau dalam film yang menghasilkan pendapatan lebih dari 1 juta dolar. Sejak 1995, kelompok ini telah meninjau lebih dari 2.000 film.
(Artikel terkait: 5 Metode yang Terbukti Efektif untuk Berhenti Merokok)
Untuk mengatasi penggunaan rokok pada remaja, dinas kesehatan menyarankan untuk menerapkan aturan ketat: memberikan rating R (Restricted) pada semua film yang menayangkan adegan merokok.
Dengan rating R tersebut, seseorang yang berusia 17 tahun ke bawah harus didampingi oleh orang tua atau wali ketika menonton film.
"Rating R untuk film dengan penggunaan tembakau berpotensi mengurangi jumlah perokok remaja hingga 18%, dan mencegah kematian dini akibat penyakit yang berhubungan dengan tembakau," ujar laporan tersebut.
Menurut Ahli Bedah Umum, kebijakan ini serupa dengan mengubah harga rokok dari 6 dolar menjadi 7,5 dolar per bungkus. Intervensi lain yang disarankan adalah memastikan rumah produksi atau produser untuk tidak menerima uang dari perusahaan tembakau yang akan diletakkan di film mereka.
(Artikel terkait: Apa yang Terjadi Pada Tubuh Saat Berhenti Merokok?)
Selain itu, dia juga menyarankan agar departemen kesehatan negara bagian dan lokal bekerja sama dengan lembaga negara untuk memastikan subsidi film tidak masuk ke film yang menggambarkan penggunaan tembakau.
Semua usulan kebijakan hanya berfokus pada film. Namun, penting untuk dicatat bahwa remaja juga terpapar penggunaan tembakau melalui media lain, seperti media rekaman (DVD dan Blu-ray), televisi, dan streaming online.
"Melihat platform yang semakin berkembang, penting untuk mengidentifikasi apakah para remaja terpapar citra tembakau melalui sumber media lainnya, seperti media penyiaran dan televisi kabel, layanan on demand—layanan sesuai permintaan—dan media sosial," kata laporan tersebut.
(Artikel terkait: Tak Semua Perokok Terkena Kanker Paru, Ini Sebabnya)
"Penelitian lebih lanjut mengenai keterpaparan kaum muda terhadap citra tembakau di film dan bentuk media lainnya juga dapat membantu mengidentifikasi dampaknya terhadap penggunaan tembakau oleh para remaja."