Para ilmuwan menghubungkan pecahnya kedua gunung es tersebut dengan serangkaian musim panas yang luar biasa hangat dan musim panas yang sangat hangat pada 2002. Para peneliti mengamati pelelehan substansial selama ini, dan mencatat bahwa area-area yang meleleh bertingkah seperti paku, mendesak lebih dalam retakan yang sudah ada.
Baca juga: Es Laut Antartika Menyusut Hingga Titik Terendah
Pada 2005, Atlas Dunia National Geographic diperbaharui untuk menampilkan pecahan Larsen B. Sisa-sisa Paparan Es Larsen B, yang diperkirakan akan bertahan selama setidaknya 10.000 tahun, mengalami penurunan cepat dan kemungkinan akan benar-benar hilang pada akhir dekade ini.
Sementara itu, pecahan terbaru Larsen C—yang berbobot sekitar satu triliun ton—kemungkinan akan pecah menjadi beberapa potongan yang lebih kecil. Sebagian di antaranya mungkin akan bertahan di Laut Weddell selama beberapa dekade, sementara sebagian yang lain akan hanyut ke utara.
Menulis ulang peta
Dalam edisi paling baru Atlas Dunia National Geographic tahun 2015, catatan tentang Paparan Es Larsen diperluas untuk memasukkan informasi tentang Larsen B, dan keterangan keruntuhannya yang disebabkan musim panas yang tak lazim.
"Menangkap perubahan-perubahan ini begitu menantang," kata Ted Sickley, direktur basis data kartografi National Geographic. "Laju perubahan lingkungan tampaknya meningkat, namun pada saat yang sama kami mendapatkan keuntungan dari citra satelit yang lebih baik dan teknologi lainnya yang membantu kami mengidentifikasi dan menambahkan perubahan ini ke dalam peta."
Baca juga: Ribuan Danau Biru Muncul di Antartika. Pertanda Berkah atau Bencana?
Akibat banyaknya bagian yang telah hancur, para ilmuwan saat ini khawatir hal tersebut akan menyebabkan Paparan Es Larsen menjadi kurang stabil. Selain itu, lapisan es yang tersisa juga menipis pada tingkat rata-rata 1,8 sampai dengan 2,7 meter tiap tahunnya. Jika semua es glasial di gunung es Larsen C yang lepas itu meleleh, permukaan laut diperkirakan akan naik setengah inci.
—————————————————————
Simak Laporan Khusus: Saat Es Antartika Meleleh dalam majalah National Geographic Indonesia edisi Juli 2017. Dalam laporan tersebut, lihatlah bagaimana ilmuwan memantau pelelehan es benua Antartika, yang dapat menyebabkan krisis global. Di bagian selanjutnya, Anda akan diajak mengunjungi dunia laut eksotis di bawah Antartika, yang jarang dilihat orang.