Kongres IAAI dan PIA 2017, Wadah Penyelamatan Arkeologi Maritim Indonesia

By , Selasa, 25 Juli 2017 | 19:00 WIB

Mengangkat Peran Perempuan

Peran perempuan pada budaya maritim Indonesia juga diangkat sebagai salah satu pembahasan. Selama ini, masyarakat tidak menyadari bahwa perempuan memiliki peran yang sangat besar dalam budaya maritim.

Ketika ikan hasil tangkapan nelayan sampai di darat, semua pekerjaan seperti penyisikan, memasak, membuat ikan asin, dilakukan oleh perempuan pesisir. Alat penangkap ikan dan desain pakaian pun seringkali dibuat oleh perempuan.

“Partisipasi perempuan dalam budaya maritim itu besar sekali, hanya saja tidak terlihat. Masyarakat terbiasa memiliki persepsi bahwa budaya maritim berhubungan dengan maskulinisme. Padahal dibalik semua itu, peran besar ada pada perempuan,” ungkap Junus.

“Melalui kongres itu, kita akan menuangkan usul kebijakan bagi pemerintah, bagaimana kita bisa meningkatkan kajian budaya maritim tentang perempuan di masa mendatang. Hal itu dilakukan agar terdapat kesetaraan dan sistem pembagian yang jelas antara lelaki dan perempuan,” tambahnya.

Selain empat poin di atas, PIA juga membahas lanskap budaya maritim, pelestarian sumber daya arkeologi maritim, dan pengembangan wawasan budaya maritim di museum. 

Seiring dengan Kongres IAAI dan PIA 2017, diselenggarakan pula Pameran Arkeologi di Botani Square pada 22-27 Juli 2017. Pameran bertema “Tradisi Maritim” tersebut berhasil memukau hampir 1.000 pengunjung di hari pertama

Pada hari pertama, juga diselenggarakan Nonton Bareng Komunitas di Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia yang memutar film mengenai tradisi lukisan gua. Agenda tersebut juga berhasil menarik minat 200 penonton.