Benarkah Pria Lebih Rentan Selingkuh Saat Istrinya Hamil? Mengapa?

By Utomo Priyambodo, Minggu, 9 Januari 2022 | 08:00 WIB
Serial Layangan Putus. (Instagram @layanganputus.md)

Sebagai catatan, hubungan seks tidak meningkatkan risiko keguguran pada kehamilan yang tidak berisiko tinggi. Adapun hamil pada usia yang lebih tua termasuk kehamilan yang berisiko tinggi.

Para pria tipe X—yang memiliki dorongan seks rendah dan risiko perselingkuhan yang lebih rendah—mungkin tumpang tindih dengan Tipe Y. Mereka adalah para pria yang, pada titik tertentu selama sembilan bulan, ikut menderita gejala-gejala kehamilan: mual, penambahan berat badan, perubahan suasana hati, kelelahan, bahkan muntah.

Hormon adalah biang keladinya. Pria-pria ini memiliki kadar prolaktin yang lebih tinggi, hormon yang terkait dengan kelesuan, penambahan berat badan, dan ikatan serta perilaku orang tua. Tingkat testosteron mereka menurun, membuat mereka kurang garang dan agresif secara seksual.

Ada sisi positif dari tipe X. Ternyata para pria yang setia dan ikut mengalami penggemukan ini menunjukkan perilaku paling kebapakan ketika bayinya lahir. Sebagai ayah baru, mereka cenderung mendengar dan menanggapi tangisan bayi mereka. Mereka lebih berbelas kasih dan toleran. Mereka menjadi ayah yang lebih baik.

Baca Juga: Kata Sains soal Seks Oral: Air Mani Sebaiknya Ditelan atau Diludahkan?

Orang-orang mungkin berspekulasi bahwa perilaku tipe Z saat istrinya hamil bukanlah pertanda baik bagi naluri kebapakannya. Jelas bahwa jika ada hormon yang mengamuk pada pria, itu adalah testosteron, bukan prolaktin. Dia mungkin tidak berbagi rasa mual di pagi hari dengan istrinya dan bergantian dengannya di toilet.

Adanya penggolongan pria tipe Z ini tidak serta-merta membenarkan perilaku selingkuh para pria ketika istri mereka hamil. Timbulnya rasa keinginan untuk selingkuh tidak harus dituruti para suami, sama seperti keinginan-keinginan lain yang tak patut lainnya: keinginan korupsi, keinginan membunuh, dan sebagainya.