Berkat Fosil Ini, Bentuk Asli "Dinosaurus Tank" Semasa Hidupnya Terungkap

By , Rabu, 9 Agustus 2017 | 13:00 WIB

Perdebatan warna

Klaim paling provokatif dalam studi ini adalah kemungkinan warna nodosaurus. Para peneliti studi mengatakan bahwa nodosaurus itu memiliki lapisan kehitaman yang menyelimuti sebagian besar eksteriornya.

Dalam lapisan-lapisan itu—yang diperkirakan merupakan sisa-sisa kulit dinosaurus—rekanan penulis studi sekaligus ahli paleo biologi University of Bristol, Jakob Vinther, mengatakan bahwa ia menemukan jejak kimia pheomelanin, pigmen warna merah-cokelat.

Akan tetapi, Vinther dan rekan-rekannya tidak menemukan tanda-tanda keberadaan pigmen di mana pun pada tubuh hewan tersebut.!break!

Setelah menguji lebih banyak sampel dari seluruh bagian tubuh, Vinther mengatakan bahwa bagian bawah tubuh hewan tersebut memiliki sedikit pheomelanin. Artinya, bagian tubuh bawah dinosaurus ini memiliki warna yang lebih terang.

Beberapa hewan memiliki punggung berwarna gelap dan perut terang untuk membantu mengatur suhu tubuh. Sebagian lainnya memiliki pola tersebut sebagai bentuk kamuflase yang disebut countershading. Tampilan dua warna ini membuat penampakan hewan menjadi lebih rata jika dilihat dari jauh, sehingga mempersulit predator untuk menemukannya.

Ahli paleobiologi Jakob Vinther mengklaim bahwa pigmen merah-coklat pheomelanin menutupi sebagian besar Borealopelta kecuali perutnya. Jika benar demikian, pewarnaan ganda ini mungkin telah membantu Borealopelta menghindari predator. (Manuel Canales, NGM Staff; Patricia Healy. Art: Davide Bonadonna)

Dalam ekosistem modern, mamalia darat dengan massa tubuh lebih dari satu ton, seperti badak, tidak perlu strategi pertahanan visual semacam ini untuk melindungi diri dari predator. Sebaliknya, jika Borealopelta yang berat dan berkulit sekeras baja ini sampai membutuhkan countershading, itu berarti predatornya sangat efektif dan mengerikan.

"Singkatnya, periode Cretaceous sangat mengerikan. Kami punya bukti untuk fakta bahwa para dinosaurus teropoda memangsa Borealopelta dan herbivora besar lapis baja lainnya," kata Vinther.

Di sisi lain, beberapa ahli berpikir bahwa studi baru ini tidak menghadirkan bukti-bukti yang diperlukan untuk countershading.

"Spesimen ini tentu menakjubkan. Ini benar-benar penemuan paleontologi yang luar biasa," kata Alison Moyer, peneliti posdoktoral di Drexel University yang mempelajari jaringan lunak fosil. Tapi ia mengatakan, "kaitan studi dengan pigmentasi dan pewarnaan, juga kesimpulan tentang hubungan predator-mangsa, masih bermasalah."

Nodosaurus tampak memiliki sorot mata tajam— efek yang dihasilkan oleh rongga mata fosil yang terawetkan dengan baik. (Robert Clark/National Geographic)

Bukti yang diajukan Vinther, menurut Moyer, bukanlah bukti langsung. Ia hanya menemukan jejak kimia yang diperkirakan tertinggal ketika pigmen tertentu terurai.

Bagi Moyer, studi ini tidak sepenuhnya membahas bahwa zat-zat kimiawi pada fosil bisa berubah dari waktu ke waktu, atau apakah lapisan hitam tersebut benar-benar kulit fosil, atau merupakan sisa-sisa lapisan bakteri yang tumbuh pada bangkai dinosaurus.