Ia juga menggaris bawahi bahwa kulit yang terawetkan tidak terdapat pada bagian perut Borealopelta, sehingga ia tidak yakin bahwa wilayah ini minim pigmentasi.
Terlebih lagi, beberapa studi telah mendokumentasikan produk turunan serupa dengan yang teridentifikasi dalam studi terbaru ini sebagai senyawa alami dari sedimen laut, tempat Borealopelta terfosilisasi.
"Ada kemungkinan tak terbatas yang tidak dipertimbangkan, yang mungkin saja lebih mendekati ketimbang kesimpulan countershading," ujar Moyer.
Ahli paleontologi Mary Schweitzer dari North Carolina State University yang juga ahli dalam pelestarian jaringan lunak pada dinosaurus, sepakat dengan pandangan Moyer. "Menurut saya, data yang ada tidak mendukung kesimpulan mereka," katanya.
Vinther mempertahankan argumennya dan mengatakan bahwa ia tidak menemukan senyawa apa pun pada sedimen yang mengelilingi fosil. Senyawa itu hanya ditemukan di bagian yang diduga kulit Borealopelta, dan dalam konsentrasi tinggi.
Meski begitu, ahli paleontologi Lund University, Johan Lindgren, mengatakan, ada kemungkinan senyawa terkait pheomelanin itu sebenarnya berasal dari substansi lain di dalam atau luar dinosaurus yang terurai selama proses fosilisasi.
"Sekali lagi, hal ini menunjukkan betapa sedikitnya yang kita ketahui tentang jaringan lunak pada fosil," ujar Lindgren.
Studi terbaru ini menghadirkan pandangan pertama tentang pewarnaan dinosaurus, tapi tentu saja, bukan yang terakhir. B. markmitchelli akan terus berbaring di museum, tersedia bagi para peneliti lain untuk meneliti lebih jauh dan mengungkap rahasia si "dinosaurus tank" semasa hidup yang masih tersembunyi di balik kulit bajanya.