Perilaku Kanibal Singa Laut Kejutkan Para Ilmuwan

By , Senin, 21 Agustus 2017 | 11:00 WIB

Tapi singa laut jantan umumnya toleran terhadap bayi, kata Andrew Trites, seorang ahli biologi mamalia laut di University of British Columbia yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

"Saya belum pernah melihat yang seperti ini," katanya.

Terkait misteri motif singa laut dewasa itu, pembunuhan tersebut tidak akan membuat ibu dari bayi itu–yang sedang ke laut saat pembantaian–dapat menerimanya secara seksual, kata Trites. Singa laut Steller juga tidak peduli dengan si bayi, dia juga tidak melakukan upaya apa-apa untuk menyelamatkan dirinya dari bahaya karena telah membunuh bayi tersebut.

Sang ibu dengan kukuh menjaga mayat bayinya selama kurang dari sepekan. Tapi bayi yang dikanibal tersebut, yang baru berumur sembilan hari, juga tidak akan mendapat perlindungan dari ibunya walaupun saat itu ibunya hadir, kata Burkanov.

(Baca juga: Bukti Kanibalisme: Apakah Manusia Neanderthal Memakan Satu Sama Lain?)

Para ilmuwan hanya mengetahui dua ekor singa laut jantan Steller lainnya yang melakukan pembunuhan bayi, dan tidak terlibat kanibalisme. Di Pulau Medny pada tahun 1991, seekor singa laut dewasa menyambar seekor anak singa laut dengan giginya dan menabrakkan tubuh si bayi ke atas batu karang. Dalam kasus ini, singa laut itu awalnya berniat menyerang seekor burung camar, dan ketika burung itu terbang menjauh, singa laut tersebut kemungkinan melampiaskan amarahnya ke bayi singa laut di dekatnya.

Seekor singa laut kanibalistik tidak membunuh dengan alasan seperti itu. Burkanov mengatakan bahwa pembunuhan tersebut atas personal si singa laut dewasa: Beberapa ekor singa laut kalem, yang lain lebih aktif, dan perilaku singa laut yang ini tidak normal.

Trites setuju, singa laut tersebut bagai Hannibal Lecter—karakter psikiater forensik dan pembunuh berantai kanibalistik dalam film The Silence of the Lambsdi dunia singa laut. Apa yang Anda lihat di sini adalah kepribadian yang sangat psikotik."

(Baca juga: Terkuak, Kanibalisme Merajalela di Kamp Konsentrasi Nazi)

Tidak ada anak singa laut yang terkoyak-koyak lagi pada tahun 2016, yang merupakan kabar baik bagi spesies yang secara misterius menurun di sebagian besar habitatnya–The International Union for Conservation of Nature memperhitungkan bahwa Steller hampir terancam punah.

Di Pulau Medny misalnya, hanya ada 153 bayi singa laut yang lahir pada tahun 2016, turun dari tahun 1999 yang waktu itu ada 340 bayi singa laut yang lahir.

Tapi bayi singa laut itu berakhir dengan mengenaskan, "Mengerikan. Setiap orang normal tentu akan merasa menyesal telah melakukannya."