Hal-hal yang Terjadi Pada Tubuh Jika Anda Melewatkan Sarapan

By , Selasa, 19 September 2017 | 11:00 WIB

Beberapa orang mengaku sering melewatkan makan pagi atau sarapan. Alasannya antara lain memang sudah biasa tidak sarapan, atau memang tidak ingin makan sepagi itu dengan alasan perut masih belum ingin makan, dan ada juga yang karena malas makan pagi.

Sarapan secara harfiah dimaksudkan untuk “buka puasa” (diambil dari kata bahasa inggrisnya, “break-fast”) dari semua jam yang Anda habiskan setelah tidur semalaman. Kebiasaan melewatkan waktu makan di pagi hari bisa memicu berbagai proses fisiologis — yang baik maupun yang buruk.

Baca juga: Sarapan Pizza Lebih Sehat Dibanding Sereal?

Inilah yang terjadi dalam tubuh jika Anda tidak sarapan:

1. Berat badan turun

Ya, gagasan ini tampaknya logis, karena Anda secara efektif menghilangkan satu waktu makan dari pola makan Anda setiap hari. Beberapa studi bahkan menunjukkan bahwa melewatkan sarapan dapat mengurangi asupan kalori secara keseluruhan hingga 400 kcal per hari.

Namun, hubungan antara membolos sarapan dan penurunan berat badan tidaklah sesederhana yang Anda bayangkan. Dilansir dari Prevention, sebuah penelitian dari Ohio State University menunjukkan Anda memang akan menurunkan berat badan saat melewatkan sarapan dalam jangka pendek. Ironisnya, beberapa kilo yang hilang ini bukan berasal dari timbunan lemak bandel, melainkan dari otot — yang merupakan metode penurunan berat badan yang tidak ideal.

Ketika perut Anda tidak mengolah makanan dalam waktu lama, sistem tubuh akan beralih pada mode proteksi dan mulai menyimpan kalori sebanyak mungkin. Ketika metabolisme Anda melambat, sistem tubuh akan mengutamakan pembakaran glukosa yang disimpan dalam otot sebagai energi cadangan, secara efektif justru melemahkan otot-otot Anda.

Pembakaran energi dari jaringan otot — bukannya lemak — ini adalah faktor yang dapat menyebabkan Anda lebih mudah merasa lelah dan lesu sepanjang aktivitas pagi Anda, juga mengacaukan pikiran Anda.

2. Meredakan peradangan kronis

Dari arthritis, kanker, hingga penyakit jantung, banyak kondisi kesehatan berat berasal dari kerusakan yang disebabkan peradangan kronis. Periode berpuasa yang mungkin Anda sengaja (atau tidak) dengan melewatkan sarapan, dipercaya oleh banyak ahli untuk memicu kerja sel beradaptasi untuk memperbaiki kerusakan tersebut, menurut artikel dalam Proceedings of the National Academy of Sciences.

Tidak peduli panjang pendeknya jarak waktu Anda melewatkan makan, beberapa manfaat penurunan peradangan dapat ditingkatkan dengan hanya memboikot satu kali makan, Jelas Valter Longo, PhD, salah satu penulis dari studi di atas sekaligus juga peneliti di University of Carolina. Temuan Longo juga menunjukkan bahwa melewatkan makan —entah itu sarapan, makan siang, atau malam — dapat meningkatkan efektivitas kemoterapi.

Puasa selang seling (tidak sarapan, kemudian makan siang, atau makan siang lalu tidak makan malam, misalnya) telah terbukti efektif mengurangi asupan kalori, mendorong  penurunan berat badan, dan meningkatkan kesehatan metabolik.

Tapi, penting untuk dipahami bahwa puasa seperti ini, atau melewatkan sarapan, bukanlah pola makan yang sesuai untuk setiap orang. Efeknya bisa bervariasi. Beberapa orang mungkin mengalami efek positif seperti contoh di atas, sementara yang lain dapat mengalami pusing dan sakit kepala, gula darah menurun, pingsan, dan kurangnya konsentrasi.

3. Tubuh akan semakin lapar

Seperti yang telah dijelaskan pada poin 1, saat Anda memilih untuk tidak sarapan, tubuh akan beralih pada pembakaran energi yang tersimpan di otot (yang selama ini Anda kira justru membakar timbunan kalori lemak tubuh). Akibatnya, Anda merasa letih lesu. Pada saat yang sama, perut Anda mengirimkan sinyal ke otak untuk menandakan bahwa perut butuh diisi, dan dimulailah ‘nyanyian’ perut keroncongan.

Selain itu, penting untuk diingat bahwa kadar kortisol (stres hormon) akan mencapai puncak tertingginya di pukul 7 pagi, makanya makan pagi adalah waktu yang tepat untuk kembali menurunkan hormon stress ini ke batas normalnya. Jika kadar kortisol Anda tidak terkontrol, Anda akan lebih mungkin merasa cemas dan gelisah.

Semakin lama Anda menunda untuk mengisi perut, semakin kelaparan dan stres pula Anda. Kortisol bertugas membantu tubuh mengolah gula (glukosa) dan lemak untuk dijadikan energi, juga untuk mengendalikan stres.

Jika Anda tidak sarapan, dikombinasikan dengan kadar stres tinggi di pagi hari, Anda akan lebih mungkin untuk mencomot pilihan camilan yang tidak sehat, tinggi gula dan lemak untuk ‘mengejar’ ketertinggalan energi yang terbuang dari otot, secara fisik dan mental.

Seiring waktu, jika dibiarkan kebiasaan ini justru dapat menyebabkan peningkatan berat badan.

4. Anda akan membakar kalori lebih banyak saat berolahraga

Sebuah studi dari British Journal of Nutrition 2013 menemukan bahwa olahraga pagi bisa membakar 20% lemak lebih banyak ketika dilakukan pada waktu perut kosong. Penting untuk dicatat: Bagaimana tubuh Anda bereaksi akan tergantung pada apa pola makan keseharian Anda dan seberapa keras Anda akan mendorong diri sendiri selama Anda berolahraga.

Tapi, jika Anda adalah penggiat olahraga di pagi buta, Anda mungkin mendapat manfaat dari berolahraga sebelum makan pertama Anda. Hanya saja, pastikan untuk mendapatkan asupan nutrisi yang mencukupi dan mengenyangkan di malam sebelumnya.

Namun demikian, olahraga pagi tanpa sarapan juga dapat “mengancam” program gaya hidup sehat Anda. Kadar gula darah yang rendah akibat (hampir) nihilnya glikogen dan insulin dalam tubuh dari membolos sarapan, yang dikombinasikan dengan stres fisik dan mental (menyiapkan baju dan perlengkapan kerja, menyiapkan anak bersekolah, dan kewajiban harian Anda lainnya), kecil kemungkinannya Anda mampu memfokuskan diri untuk berolahraga setelah melewatkan sarapan.

5. Anda jadi cepat pikun

Nutrisi yang tidak memadai mempengaruhi perkembangan intelektual bayi dan anak-anak. Sebuah studi kecil tahun 2005 yang diterbitkan dalam jurnal Psychology and Behavior, dilansir dari Business Insider menemukan bahwa anak-anak sekolah dasar yang rutin sarapan memiliki memori jangka pendek yang lebih baik daripada siswa yang tidak sarapan.

Dilansir dari Live Strong, The University of Maryland Medical Center menunjukkan bahwa seorang anak yang tidak sarapan akan lebih cepat lelah saat di sekolah, tidak mampu berkonsentrasi, dan kehilangan banyak kesempatan untuk mendapatkan stimulasi kognitif.

Kekurangan zat besi, yodium, dan protein dalam diet anak mengacu pada IQ yang lebih rendah, menurut laporan dari Iowa State University. Selain itu, gizi buruk mengarah pada penurunan rentang perhatian, gangguan memori, kecenderungan untuk terdistraksi, dan memperlambat kecepatan belajar.

Jadi, perlu sarapan atau tidak?

Pada akhirnya, pilihan untuk sarapan atau tidak sarapan kembali lagi pada preferensi pribadi. Jika Anda merasa lapar di pagi hari dan Anda menyukai ide sarapan, lanjutkan saja rutinitas Anda (dan mungkin, pilihlah menu yang lebih sehat daripada makanan cepat saji). Sarapan yang kaya protein adalah yang terbaik.

Namun, jika Anda tidak merasa lapar di pagi hari dan tidak merasa bahwa Anda membutuhkan makan berat di pagi buta, Josh Axe, DNM, dokter spesialis gizi bersertifikat, dilansir dari Men’s Fitness, menyarankan untuk coba memulai dari sesuatu yang kecil, seperti protein shake atau smoothie buah segar, kecilkan porsi makan malam Anda, dan kurangi konsumsi alkohol dan snack “kalori kosong” di malam sebelumnya.