Nationalgeographic.co.id—Ketika otak anjing domestik kepintarannya diketahui bisa memahami 89 kata dan frasa unik yang dihasilkan manusia, mereka ternyata mampu membedakan bahasa manusia. Jadi, bukanlah hal yang gampang untuk memberikan perintah kepada anjing yang baru saja berpindah, lewat bahasa yang berbeda dari tempatnya berasal.
Kemampuan anjing ini terungkap oleh para peneliti di jurnal NeuroImage, 12 Desember 2021. Semua berawal dari penulis utama studi Laura V. Cuaya dari Department of Ethology Institute of Biology, Eötvös Loránd University di Budapest, Hongaria, pindah dari Meksiko untuk penelitian pascadoktoral.
Dia mengajak anjingnya, Kun-kun ikut pindah ke Hongaria. Di tempat asalnya, anjing itu terbiasa dengan bahasa Spanyol, tetapi saat hidup di Budapest, Cuaya ingin mencari tahu seberapa paham teman ngobrol-nya itu berbicara dengan bahasa yang berbeda, bahasa Hongaria.
"Kita tahu bahwa orang-orang, bahkan bayi manusia, menyadari perbedaannya. Tapi mungkin anjing tidak terganggu," ujar Cuaya dalam rilis penelitian.
"Bagaimanapun, Kun-kun dan 17 anjing lainnya dilatih untuk berbaring tanpa bergerak di pemindai otak (MRI), di mana kami memainkan kutipan cerita The Little Prince dalam bahasa Spanyol dan Hongaria."
Para anjing juga diuji dengan serangkaian suara manusia yang tidak ada artinya sama sekali. "Kami juga memainkan versi acak dari kutipan ini, yang terdengar sangat tidak wajar, untuk menguji apakah mereka mendeteksi perbedaan antara ucapan dan non-ucapan sama sekali,” lanjutnya di LiveScience.
Baca Juga: Studi Baru: Rata-rata Anjing Ternyata Paham 89 Kata dan Frasa Unik
Hasilnya, para anjing itu hanya bisa mengenal satu dari dua bahasa yang diperdengarkan padanya. Yang berarti, terang Cuaya dan tim penelitiannya, anjing hanya akrab pada suatu bahasa manusia tetapi tidak sama sekali pada bahasa lain.
Berdasarkan pemindaian MRI, otak anjing tidak hanya dapat membedakan dengan jelas antara ucapan dan non-ucapan (yang tidak ada artinya), tetapi juga bereaksi terhadap bahasa yang dikenali maupun tidak dengan cara yang berbeda. Pola aktivitas yang berbeda itu terletak pada korteks pendengaran utama anjing.
Meski demikian, tidak ada bukti yang jelas bila otak anjing memiliki preferensi saraf dalam membedakan pembicaraan atau bukan pembicaraan. Para peneliti memprediksi, kemampuan deteksi ini mungkin berbeda dari sensitivitas berkomunikasi pada manusia, atau singkatnya mereka hanya berkemampuan untuk mendeteksi kealamian suara yang dihasilkan manusia.
"Studi ini menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa otak non-manusia dapat membedakan dua bahasa," tulis para peneliti.
Temuan yang didapatkan para peneliti juga, aktivitas korteks pendengaran sekunder otak pada anjing lebih banyak terjadi pada anjing yang lebih tua. Mereka berpendapat bahwa anjing yang lebih tua punya kemampuan membedakan bahasa yang dikenal dan tidak dikenal, dibandingkan anjing yang lebih muda.