Lebih dari 100 Kuda Nil di Taman Nasional Bwabwata Ditemukan Mati mengambang

By , Minggu, 15 Oktober 2017 | 12:00 WIB

Pemandangan memilukan terlihat di Taman Nasional Bwabwata di Namibia Afrika. Sejumlah kuda nil  ditemukan mati mengambang di sungai.

Pihak otoritas taman nasional belum mengetahui penyebab pasti dari kematian massal kuda nil ini. Namun, wabah antraks diduga menjadi biang matinya hewan omnivora ini.

Meski jumlah pastinya belum diketahui, tetapi otoritas memperkirakan ada sekitar 100 ekor kuda nil yang telah mati.

Korban pertama dari wabah tersebut ditemukan oleh petugas taman pada tanggal 1 Oktober yang lalu, tetapi dalam waktu kurang dari dua minggu, wabah menyebar dengan cepat dan membunuh sekitar 109 kuda nil.

"Lebih dari 100 kuda nil mati dalam seminggu terakhir. Penyebab kematian tidak diketahui, tetapi tanda-tanda mengarah pada wabah antraks," terang Pohamba Shifeta, Menteri Lingkungan Namibia, dikutip dari Science Alert, Kamis (12/10/2017).

"Pada saat ini, dokter hewan kami sedang melakukan penyelidikan untuk mengetahui penyebab kematian. Begitu hasilnya diketahui, kami bisa memutuskan rencana kedepannya," lanjut Shifeta.

Jika antraks menjadi penyebab matinya kuda nil-kuda nil tersebut, mungkin spesies tersebut bukanlah satu-satunya korban wabah.

(Baca juga: Saksikan, Aksi Heroik Kuda Nil "Selamatkan" Wildebeest dari Mulut Buaya)

Sejumlah bangkai kerbau juga dilaporkan telah ditemukan. Lalu, ada kekhawatiran bila buaya yang mengincar bangkai kuda nil bisa terinfeksi antraks yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis ini.

Penduduk setempat, serta otoritas Namibia, mencurigai adanya antraks berdasarkan riwayat wabah di wilayah Afrika.

Sebelumnya, diperkirakan ada 300 orang yang meninggal di Uganda pada tahun 2004 setelah minum air yang terkontaminasi bakteri antraks, begitu juga pada tahun 2010 yang lalu meski korbannya tidak terlalu banyak.

"Ini adalah situasi yang telah kita lihat sebelumnya," kata Colgar Sikopo, Direktur Taman Margasatwa dan Pengelolaan Margasatwa Namimbia.

Dia melanjutkan, kejadian seperti ini juga pernahh sebelumnya terjadi di Zambia, dan terutama terjadi ketika debit sungai menyusut.