Sudah sejak lama hubungan antara gula dan pertumbuhan sel kanker menjadi sebuah kontroversi.
Pasalnya, cara kerja gula sebagai faktor tumbuhnya sel kanker belum bisa dijelaskan bagaimana cara kerjanya.
Namun, berkat penelitian yang baru-baru ini dipublikasikan dalam jurnal Nature Comunication, para ilmuwan mempersempit dugaan bagaimana metabolisme gula pada sel kanker.
(Baca juga: Gula Sebabkan Anak Hiperaktif)
Fokus penelitian yang dilakukan selama sembilan tahun ini adalah efek metabolisme gula pada sel kanker.
Seperti yang banyak orang ketahui, semua sel dalam tubuh manusia memerlukan energi. Energi ini didapatkan dari gula dan berbagai makanan lainnya.
Begitu juga sel kanker. Ia membutuhkan gula untuk tumbuh.
Bahkan, asupan glukosa yang dibutuhkan sel kanker lebih tinggi daripada sel sehat. Hal ini disebut dengan efek Warbug.
Ada sebuah hipotesis bahwa pertumbuhan kanker dapat terhambat dengan membuat mereka "kelaparan" gula.
Sayangnya, hingga saat ini belum ada yang menemukan metode tepat pemotongan pasokan ke sel kanker tanpa memengaruhi sel normal.
"Penelitian kami mengungkapkan bagaimana konsumsi gula secara hiperaktif mengarah pada lingkaran ganas dari simulasi perkembangan dan pertumbuhan sel kanker," tutur Johan Thevelein dari KU Leuven, Belgia dikutip dari sciencealert, Senin (16/10/2017).
"Dengan demikian, dapat dijelaskan korelasi antara kekuatan efek Warbug dan agresivitas tumor. Hubungan antara gula dan kanker memiliki sebuah konsekuensi yang luas," sambungnya.
(Baca juga: 5 Gejala Awal Diabetes yang Tak Terduga)
Ia juga menjelaskan bahwa hasil penelitian ini dapat menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya dalam bidang yang sama, hanya saja sekarang dapat lebih fokus dan relevan.
Tim ilmuwan menggunakan sel ragi dalam penelitian ini yang secara spesifik untuk melihat keluarga gen "Ras".
Gen Ras merupakan gen yang ada pada semua sel hewan, termasuk sel kanker manusia.
Selain itu, ragi juga memiliki metabolisme gula yang sangat aktif, namun tidak memiliki regulasi tambahan sel mamalia yang dapat menyembunyikan proses dasarnya.
"Kami mengamati pada ragi bahwa degradasi gula dihubungkan melalui fruktosa menengah 1,6- biofosfat mengaktifkan protein Ras, yang merangsang perbanyakan sel ragi dan kanker," kata Thevelein.
"Sangat mengejutkan bahwa mekanisme ini telah berlangsung sepanjang evolusi dari ragi ke manusia," lanjutnya.
Dalam istilah awam, para ilmuwan menemukan bahwa ragi memiliki kandungan glukosa yang terlalu aktif sehingga menyebabkan protein Ras terlalu aktif dan memungkinkan sel tumbuh dengan cepat.
Meski begitu, Thevelein mengungkapkan bahwa penelitian ini baru bisa menjadi terobosan dalam mendorong penelitian lainnya dan tidak sama dengan terobosan medis.
"Temuan ini tidak cukup untuk mengidentifikasi penyebab utama efek Warbug," tambah Thevelein. Riset lebih lanjut dibutuhkan.
(Baca juga: Kandungan Gula dalam Sofdrink Berbeda Tiap Negara)
Artikel ini sudah pernah tayang pada Kompas.com dengan judul Benarkah Konsumsi Gula Dapat Memperburuk Kanker?