Jangan Menyepelekan Cacingan. Anemia Sampai Kematian Menjadi Risikonya.

By , Rabu, 18 Oktober 2017 | 17:00 WIB

Cacingan merupakan salah satu penyakit yang dianggap sepele. Biasanya penyakit ini baru disadari ketika perut terasa sakit. Namun, bila tak segera ditangani dengan baik, cacingan bisa berujung pada kematian.

Dokter Rospita Dian mengatakan, cacingan terjadi karena infeksi cacing di dalam tubuh manusia. Larva atau telur cacing dapat masuk ke dalam tubuh melalui tanah yang tercemar (soil transmitted helminthiasis).

Selain itu, air yang kurang bersih, makanan, kuku yang kotor, serta benda-benda yang terkontaminasi dapat membantu penyebaran cacing atau larva.

Baca Juga : Bahaya Parasit dan Cacingan di Balik Lezatnya Sushi

Meski terlihat mudah diantisipasi, nyatanya Indonesia termasuk dalam sepuluh besar negara yang memerlukan penanganan khusus terhadap cacingan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa Indonesia berada pada urutan ketiga, setelah India dan Nigeria dalam ranking memalukan ini.

Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2017 tentang Penanggulangan Cacingan menyebutkan, prevalensi cacingan di Indonesia bervariasi antara 2,5 persen hingga 62 persen. Jumlah ini meningkat bila prevalensi cacingan dihitung pada anak usia sekolah, prevalensinya menjadi 80 persen.

Rospita menyebutkan, data WHO tahun 2016 menyebutkan, 55 juta anak Indonesia masih membutuhkan tindakan pencegahan cacingan.

“Cacingan bisa kena semua orang, tapi anak-anak paling rentan. Cacingan juga bukan penyakit buat orang kurus dan tak ada hubungannya dengan kemiskinan,” kata Rospita dalam acara media workshop bersama Johnson & Johnson Indonesia, Jakarta, Selasa (17/10/2017).

Menurut Rospita, terdapat empat jenis cacing yang paling sering ditemukan di tubuh manusia. Di antara lain adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), cacing tambang (Ancylostoma duodenale, Necator americanus) dan cacing kremi (Enterobius vermicularis).

Baca Juga : 42 Juta Masyarakat Indonesia BAB Sembarangan

Cacing gelang hidup di dalam usus halus. Panjang betinanya bisa mencapai 20-35 sentimeter dan mampu bertelur hingga 200.000. Cacing gelang masuk ke dalam tubuh lewat mulut, melalui makanan atau sentuhan terhadap benda yang telah terkontaminasi.

Pada cacing gelang, gejalanya berupa sakit perut, kembung, diare, dan berkurangnya nafsu makan. Akibatnya, pengidap cacing gelang menjadi lemah dan kurang bergairah melakukan aktivitas.

“Pada kasus berat, bisa terjadi penyumbatan usus karena infeksi cacing gelang. Meski jarang terjadi, bila tak ditangani dengan cepat bisa menyebabkan kematian,” kata Rospita.