Nationalgeographic.co.id—Ribuan fosil serangga, laba-laba dan tumbuhan ditemukan di New South Wales, Australia. Menariknya, temuan ini disebut sebagai fosil harta karun atau Lagerstätte (dalam bahasa Jerman yang berarti situs penyimpanan) karena didapat dari wilayah yang sangat gersang. Bahkan, seorang ahli geologi Inggris, John Walter Gregory menjuluki tempat itu sebagai “jantung mati Australia”.
Adapun yang terkubur di sana antara lain fosil laba-laba pintu jebakan (trapdoor spider), jangkrik raksasa, ikan kecil hingga bulu burung purba. Dilansir dari Live Science, penemuan ini mengungkapkan potret unik saat hutan hujan menyelimuti benua yang saat ini sebagian besar wilayahnya gersang.
Lokasi Lagerstätte sendiri di tanah pribadi yang dirahasiakan guna melindunginya dari kolektor fosil ilegal. Para ilmuwan menggali sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang hidup di sana antara 16 juta dan 11 juta tahun yang lalu. Studi ini telah dipublikasikan di Science Advances dengan judul A Lagerstätte from Australia provides insight into the nature of Miocene mesic ecosystem pada 7 Januari 2022.
Dalam studi ini, para peneliti menemukan sisa-sisa peninggalan masa lampau yang unik dalam catatan fosil Australia di Zaman Miosen (23 juta hingga 5,3 juta tahun lalu). Sebagian besar penemuan dari masa ini yang pernah ditemukan sebelumnya adalah tulang dan gigi dari hewan yang lebih besar, berbeda dengan temuan baru ini di mana menyimpan fosil makhluk kecil dan halus dari hutan hujan.
Melakukan penelitian fosil menggunakan scanning electron microscopes atau SEM, para ahli dapat menggambarkan detail seperti sel individu dan struktur subseluler. Beberapa gambar bahkan mengungkapkan makanan terakhir hewan, seperti ikan, larva dan sayap capung yang tercerna sebagian dan terpelihara dengan baik dalam perut. Pada fosil lainnya, terlihat kerang air tawar yang menempel pada sirip ikan, ada pula butiran serbuk sari menempel di tubuh serangga.
“Situs ini memberi kita wawasan yang belum pernah terjadi sebelumnya tentang seperti apa ekosistem ini. Kami sekarang tahu betapa beragamnya ekosistem ini, spesies mana yang hidup di dalamnya dan bagaimana spesies ini berinteraksi,” jelas Matthew McCurry, kurator paleontologi di Museum Australia kepada Live Science.
Situs yang bernama McGraths Flat pertama kali dikunjungi oleh ahli paleontologi pada tahun 2017 lalu. Kala itu, seorang petani melaporkan adanya temuan fosil daun di salah satu ladangnya. McCurry mengatakan bahwa para ahli merasa senang karena dari situs tersebut didapati lebih banyak fosil.
Lapisan batuan yang mengandung fosil berukuran antara 1.000 dan 2.000 meter persegi. Sejauh ini, para ahli telah menggali lebih dari 50 meter persegi. Matriks batuan kaya besi atau goethite mengelilingi fosil di atas lapisan batu pasir. Sisa-sisa tumbuhan dan hewan di kolam yang tergenang kemunginkan terbungkus besi dan mineral lainnya setelah limpasan dari tebing basal terdekat mengalir ke kolam, melesatarikannya dengan sangat rinci.
Setelah jutaan tahun berlalu, para peneliti mulai mengumpulkan fosil guna “membangun” potret hutan hujan Australia yang punah. Mereka menemukan daun dari tanaman berbunga, serbuk sari, spora jamur, lebih dari selusin ikan dan bulu dari burung seukuran burung pipit modern. Analisis daun yang diawetkan menujukkan bahwa suhu rata-rata pada saat itu sekitar 17 derajat Celcius.
“Saya menemukan fosil laba-laba yang paling menarik,” jelas McCurry. Diketahui hingga saat ini hanya empat fosil laba-laba yang diketahui dari Australia dan para peneliti telah menemukan 13 fosil laba-laba di McGrath Flats.
Jaringan lunak yang diawetkan di bulu, mata serta kulit ikan memiliki detail menarik lainnya yakni struktur sel penyimpan pigmen yang disebut melanosom. Meskipun warnanya sendiri tidak bertahan, para ilmuwan dapat membandingkan bentuk, ukuran, dan susunan pola dalam melanosom fosil dengan hewan modern.
Baca Juga: Penampakan Kepiting yang Terjebak di Ambar Selama 100 Juta Tahun
Dalam sebuah pernyataan, Michael Frese, seorang profesor sains di Universitas Canberra, Australia mengatakan dengan melakukan itu, ahli paleontologi sering dapat merekonstruksi warna dan pola pada spesies yang punah. Meskipun banyak yang ditemukan di situs ini, semuanya barulah permulaan.
“Kami sekarang mengetahui usia deposit dan seberapa baik fosil tersebut terawetkan tetapi kami memiliki pekerjaan bertahun-tahun di depan kami untuk mendeskripsikan dan memberi nama semua spesies yang kami temukan. Saya pikir McGrath Fltas akan menjadi sangat penting dalam membangun gambaran yang lebih akurat tentang bagaimana Australia telah berubah dari waktu ke waktu,” pungkas Matthew McCurry.
Baca Juga: Penampakan Kepiting yang Terjebak di Ambar Selama 100 Juta Tahun