Nationalgeographic.co.id - Para ilmuwan menemukan kepiting tertua yang terperangkap dalam ambar selama 100 juta tahun. Ambar atau amber adalah resin pohon yang mengeras hingga menjadi fosil dan kerap digolongkan sebagai batu permata.
Temuan ini berasal dari zaman dinosaurus dan merupakan mata rantai yang hilang dalam evolusi. Dilansir dari Independent, krustasea kecil diyakini sebagai nenek moyang dari kepiting merah modern yang bermigrasi ke lautan untuk berkembang biak.
Kepiting yang terperangkap ini tubuhnya terpelihara dengan sempurna. Termasuk bagian cakar, cangkang, mata, bahkan insangnya. Diberi nama Cretapsara athanata, yang jika diterjemahkan berarti roh abadi dari awan dan air.
“Spesimennya spektakuler, ini adalah satu–satunya. Benar–benar lengkap dan tidak kehilangan sehelai rambut pun dari tubuhnya, luar biasa,” ujar Dr Javier Luque dari Harvard University kepada Independent.
Baca Juga: Tokek Ini Ditemukan Terjebak Dalam Ambar Selama Seratus Juta Tahun
Diketahui dalam catatan fosil, ini adalah kepiting paling utuh. Dr Javier Luque mengatakan semakin dipelajari semakin disadari bahwa hewan ini sangat istimewa dalam banyak hal.
Insang yang berkembang dengan baik menujukkan gaya hidup akuatik atau semi–akuatik. Kepiting telah menaklukan darat dan laut setidaknya sebanyak 12 kali sejak kepunahan dinosaurus 66 juta tahun yang lalu.
Maka dari itu, insang mereka berevolusi sehingga memungkinkan untuk bernapas dengan baik di darat maupun di laut. Namun, Cretapsara tidak memiliki jaringan paru–paru yang menunjukkan hewan ini tidak sepenuhnya tinggal di darat.
“Dalam catatan fosil, kepiting non laut berevolusi 50 juta tahun yang lalu, tetapi usia hewan ini dua kali lipat,” kata Dr Javier Luque.
CNN melaporkan temuan kepiting dalam amber ini memiliki panjang 5 milimeter dan kemungkinan besar adalah bayi kepiting. Para peneliti mengatakan bahwa Cretapsara membuktikan kepiting membuat lompatan dari laut ke darat dan air tawar selama era dinosaurus, bukan era mamalia seperti yang diperkirakan sebelumnya. Temuan ini mendorong evolusi kepiting non–laut lebih jauh ke masa lalu.
Lebih lanjut diketahui Cretapsara athanata adalah spesies amfibi. Diduga masuk dalam hewan semi–terestrial yang bermigrasi ke darat dan air. Fenomena ini disamakan dengan kepiting merah modern di mana induk melepaskan bayinya ke laut. Mereka kemudian berkerumun, keluar dari air kembali ke daratan di Pulau Christmas di Samudra Hindia.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | CNN,Independent,SciTechDaily |
Penulis | : | Maria Gabrielle |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR