"Jika Anda berhasil mengembalikan jantung berkat bantuan CPR, secara bertahap Anda akan mulai menghidupkan fungsi otak lagi. Tapi, semakin lama melakukan CPR, jalur kematian sel otak masih berlangsung pada tingkat yang lebih lambat," terang Parnia.
Parnia mengungkapkan, peneliti perlu melihat apa yang terjadi pada manusia ketika mati.
"Saya mencoba memahami ciri khas yang dialami orang saat mereka mengalami kematian. Karena ini akan mencerminkan pengalaman yang juga akan kita alami saat kematian menjemput," katanya.
Baca Juga: Duduk Bekerja Seharian Bisa Menyebabkan Kematian Dini
Salah satu tujuan penelitiannya adalah mengamati bagaimana otak bertindak dan bereaksi selama mengalami henti jantung, melalui proses kematian, dan akhirnya hidup lagi.
Dia mencari tahu berapa banyak oksigen yang diperlukan untuk memproses ulang otak, dan apa efeknya setelah terbangun.
"Pada saat yang sama, kita mempelajari pikiran dan kesadaran manusia dalam konteks kematian. Penelitian ini untuk memahami apakah kesadaran akan mati atau akan berlanjut setelah meninggal dan bagaimana hal itu berhubungan dengan apa yang terjadi pada otak secara nyata," ungkapnya.
Ke depan, hal ini akan bermanfaat dalam bioetika. Jika transplantasi kepala suatu saat menjadi kenyataan, dokter akan tahu kapan manusia yang akan ditransfer kepalanya benar-benar mati, tidak hanya jantungnya tetapi juga kesadarannya.
Artikel ini sudah pernah dityangkan di Kompas.com dengan judul Manusia Masih Punya Kesadaran Saat Awal Kematian, Sains Mengungkapnya