Misool dan Ora, Dua Surga Pariwisata di Indonesia Timur

By , Senin, 6 November 2017 | 15:00 WIB

Untuk jalur udara, terdapat dua maskapai yang menyediakan penerbangan Jakarta - Ambon (PP) dan Tulehu - Amahai (PP). Rute Jakarta - Ambon (PP) tersedia hingga lima kali jadwal penerbangan. Sementara rute Tulehu - Amahai (PP) hanya tersedia masing-masing satu kali dalam satu hari.

Keindahan Alam

Tidak perlu takut kemaleman, karena di Desa Saleman, dan Pantai Ora terdapat sarana homestay. Bahkan tidak jauh dari Pantai Ora, ada Desa Sawai yang juga menawarkan homestay. Harganya bervariasi, Rp350.000 - Rp650.000 per orang ataupun Rp850.000 - Rp1.350.000 per kamar. Harga yang setimpal dengan keindahan alam yang didapatkan di sana.

Homestay tersedia di beberapa tempat (Reza Effendi)

Terumbu karang dengan berbagai jenis ikan siap menyambut kedatangan kita di Pantai Ora. Namun ingat, jangan sampai menginjak ataupun merusak terumbu karang di sana.

Ketika sore hari datang, kita pun bisa memanjakan diri dengan menikmati matahari terbenam. Dengan segelas kopi dan pisang goreng, rasanya sore hari akan semakin sempurna di Pantai Ora. Tidak hanya itu, langit pun mendukung kita dengan memunculkan berbagai bintang.

Baca juga: Ikan Pelangi Berkelopak Mata Emas dari Papua

Melanjutkan perjalanan menuju Misool, kita memerlukan 4 jam perjalanan dengan menggunakan speedboat. Pastikan segala alat keselamatan sudah tersedia dan dalam kondisi yang baik. Berlibur tanpa rasa was-was tentu akan sangat menyenangkan.

Mendekati Misool, mata kita akan disuguhkan dengan pemandangan magis berbagai pulau kecil maupun besar.

Gugusan batuan alam (Reza Effendi)

Misool merupakan daerah segitiga karang dunia dan memiliki puluhan jenis ikan hias di dalamnya. Tidak hanya ikan hias, beberapa ikan lain seperti hiu, dan pari pun juga ada karena laut Misool terhubung dengan laut lepas sehingga lalu-lintas hewan laut pun tinggi.

Budaya

Pulau Misool tidak hanya menyuguhkan wisata alam saja, wisata budaya juga disuguhkan di sana. Peninggalan sejarah berupa lukisan dinding di dalam gua pun banyak terdapat di sana. Menurut perkiraan, usia lukisan "cap tangan" di sana mencapai 50.000 tahun, dan menjadi rangkaian pentunjuk perjalanan manusia dari Barat Nusantara menuju Papua dan Melanesia.

Keindahan alam Misool membuat wisatawan enggan untuk segera pulang (Reza Effendi)

Jangan ragu untuk menghabiskan waktu liburan di sini, masyarakat setempat pun akan dengan senang hati dan penuh keramahan menyambut setiap wisatawan yang datang.