Momen politik Mugabe pada tahun-tahun ini mulai memudar. Kritik terus mengalir kepadanya karena menggunakan kekejaman dan penyuapan untuk mempertahankan kekuasannya.
Secara konsisten, dia menyangkal telah berbuat sesuatu yang salah.
Kesalahan manajemen Mugabe dalam sektor pertanian menjadi titik balik malapetaka perekonomian di Zimbabwe.
Pemerintah mengeluarkan reformasi lahan untuk mengakhiri kepemilikan pertanian selama puluhan tahun oleh bangsa kulit putih.
Mugabe menerbitkan Undang-Undang Pembebasan Lahan pada 1992 yang memungkinkannya untuk memaksa pemilik tanah menyerahkan lahannya.
Pada 1993, Mugabe mengancam akan mengusir pemilik tanah yang keberatan dengan peraturan tersebut.
2000-an Pada 2000, Mugabe memaksa 4.000 petani kulit putih untuk menyerahkan lahan mereka. Hasil produksi pertanian di Zimbawe tumbang dalam satu malam.
"Saat itu pasokan pangan langsung menurun. Orang-orang kelaparan," kata Akinluyi.
Perubahan itu diikuti masa panen yang buruk dalam dua tahun dan musim kering menyelimuti Zimbabwe, menjadikannya negara dengan tingkat kelaparan terburuk dalam 60 tahun terakhir.
Di tengah kekurangan stok kebutuhan dasar yang kronis, bank sentral menggenjot mesin cetak uangnya untuk membiayai impor.
Hasilnya, inflasi merajalela.
Pada puncak krisis, harga di Zimbabwe meningkat dua kali lipat setiap 24 jam.