Keruntuhan Zimbabwe yang Pernah Menjadi Negara Kaya di Afrika

By , Senin, 20 November 2017 | 19:30 WIB

Baca juga: Zimbabwe Deklarasikan Bencana Kekurangan Pangan

Ekonom Cato Institute memperkirakan inflasi bulanan melonjak hingga 7,9 miliar persen pada 2008.

Pengangguran melonjak tajab, fasilitas layanan publik bangkrut, dan perekonomian menyusut 18 persen pada 2008.

Zimbabwe memutuskan untuk tidak menggunakan mata uangnya, dolar Zimbabwe, sehingga transaksi dilakukan dalam dolar Amerika Serikat, rand Afrika Selatan, dan 7 mata uang lainnya.

2010-an

Mugabe mulai merespons sanksi internasional pada 2010 dengan mengancam akan merebut semua investasi milik negara barat di negara tersebut.

Ancaman itu membuat calon investor kian menjauh.

Pemerintahan Mugabe telah mengalihkan fokusnya dari pertanian ke pertambangan. Dia juga memerintahkan semua penambang berlian untuk menghentikan aktivitas dan meninggalkan area tambang.

Rencananya, sebuah entitas yang dikelola negara akan mengambialih operasi pertambangan.

Kini, Zimbabwe sedang berjuang untuk mendapat kucuran dana segar dari negara lain, setelah industri ekspor utama tercekik.

Akhir tahun lalu, negara tersebut mulai mengeluarkan surat utang yang dihargai 1 dolar AS, dalam upaya mengurangi kekurangan uang tunai.

Akinluyi mengatakan situasi saat ini sangat memprihatinkan, sebab Zimbabwe memiliki banyak potensi.

"Mereka memiliki berlian, batu bara, tembaga, bijih besi. Mereka punya sumber daya," katanya.

"Saya pribadi berpikir keadaan akan cepat membaik dengan orang yang tepat berkuasa," tambahnya.

Artikel ini pernah tayang di Kompas.com dengan judul Malapetaka Tumbangnya Zimbabwe, Negara Kaya Pangan dan Berlian