Kepercayaan Masyarakat Dibutuhkan Dalam Upaya Menurunkan Kasus Demam Berdarah

By , Kamis, 23 November 2017 | 13:00 WIB
()

Beberapa tahun terakhir, ilmuwan menemukan cara untuk secara signifikan mengurangi penularan virus demam berdarah lewat nyamuk Aedes aegypti. Dengan memasukkan Wolbachia—bakteri yang dapat menghentikan kemampuan virus dengue untuk bertahan dalam tubuh nyamuk—ke dalam nyamuk Aedes aegypti dan kemudian melepaskan nyamuk-nyamuk tersebut ke populasi masyarakat, ilmuwan berhasrat menghapuskan demam berdarah di seluruh dunia.

Namun melepas nyamuk membutuhkan tingkat kepercayaan yang sangat tinggi dari masyarakat. Bagaimana meyakinkan masyarakat bahwa melepas nyamuk dapat menghilangkan demam berdarah ketika mereka telah lama memahami bahwa nyamuk Aedes menyebarkan demam berdarah?

Jawabannya? Persiapan yang sangat teliti dan komunikasi dengan masyarakat.

Saya memimpin program Eliminate Dengue Project di Yogyakarta (EDP-Yogya), program pertama yang menggunakan Wolbachia untuk mengurangi kasus demam berdarah di Indonesia, negara paling rentan demam berdarah di Asia. Didanai oleh Yayasan Tahija, EDP-Yogya bekerja sama dengan EDP-Global yang dipimpin Profesor Scott O'Neill di Monash University.

Dua kecamatan di Sleman, Yogyakarta menjadi situs penyebaran kami. Selama dua tahun sejak 2011, sementara kami menyiapkan pelepasan pertama nyamuk-nyamuk yang terinfeksi Wolbachia, kami juga melakukan komunikasi dengan masyarakat secara intensif.

Komunikasi masyarakat

Kami bekerja sama dengan unit masyarakat terkecil, Rukun Tetangga (RT) untuk menumbuhkan rasa percaya. Satu RT terdiri dari sekitar 20 sampai 30 rumah tangga. Kami menyelenggarakan pertemuan tatap muka dengan masyarakat untuk memberi informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan demam berdarah, baik dengan mengikuti pertemuan rutin mereka atau menyiapkan pertemuan khusus.

Kami membentuk kelompok-kelompok rujukan agar dapat mendengarkan isu-isu yang ingin ditanyakan oleh komunitas serta untuk menyebarluaskan informasi ke komunitas. Seiring dengan perkembangan program, anggota kelompok rujukan ini menjadi sumber rujukan informasi untuk komunitas lain.

(Baca juga: Ini Cara Layanan Telepon Bantu Kontrol Penyebaran Demam Berdarah)

Kami juga mengadopsi peribahasa “tak kenal maka tak sayang”. Warga mengunjungi tempat pengembangbiakan nyamuk dan laboratorium diagnosis agar dapat memahami lebih lanjut mengenai nyamuk Aedes dan Wolbachia. Kunjungan ke lab ini menciptakan rasa keterbukaan yang tinggi. Tidak ada yang kami sembunyikan dari warga.

Dua tahun sesudah fase persiapan, kami mengembangkan sistem untuk menampung kekhawatiran, pendapat, dan keluhan warga seiring semakin dekatnya waktu pelepasan nyamuk. Kami menggunakan beragam medium, seperti percakapan tatap muka, pesan singkat, telepon, dan surel. Setiap hari kami memantau apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh warga dan kami mengembangkan protokol untuk menindaklanjuti pertanyaan warga.

Dan yang tak kalah penting, membagi informasi pada publik juga penting untuk membangun rasa percaya. Setiap dua bulan, kemajuan dan kegiatan di dusun tertentu dikomunikasikan via nawala (“Pawartos”), yang disebarkan ke seluruh rumah di komunitas tempat penelitian.

Ilustrasi Aedes aegypti. (Thinkstockphoto)

Persetujuan komunitas

Mengembangkan pemahaman komunitas dalam penelitian berbasis masyarakat seperti EDP-Yogya adalah syarat utama meraih penerimaan warga terhadap kegiatan ini. Meskipun demikian, pemahaman komunitas yang lebih baik mengenai demam berdarah dan intervensi Wolbachia tidak serta merta mengisyaratkan persetujuan dari warga.