Saat Louis Auguste Deschamps, seorang dokter-pecinta alam Prancis yang menjelajahi sebagian besar Pulau Jawa pada 1797, menemukan Rafflesia patma untuk pertama kalinya, dia tidak akan menyangka bahwa parasit murni ini akan bisa “ditanam”.
Untuk menikmati bunganya, tidak perlu lagi mencari di hutan, tapi cukup berkunjung ke Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, yang pada waktu tertentu, bunga ini mekar.
Waktu sudah menunjukkan pukul 23.30 WIB, 27 Juni 2015, ketika Dr. Irawati dan Dra. Musidawati MSc. mengarahkan lampu darurat ke rimbunan liana (Tetrastigma). Terlihat kuncup Rafflesia patma Blume berwarna coklat muda dengan kelopak coklat tua mendekati hitam terselip di antara lilitan liana. Ukurannya sekitar 25 cm.
“Ini sudah menunjukkan pergerakan, kita tidak tahu kapan mekarnya,” kata Irawati sambil meraba garis-garis kelopak bunga. Pengamatan sudah dilakukan sejak pukul 9.30 WIB. Irawati memasang kamera kecil untuk mengambil gambar setiap 5 menit.
Dingin mulai menusuk dan nyamuk silih berganti menghampiri kulit namun tak menyurutkan niat kami untuk bertahan, menunggu bunga raksasa itu mekar. “Sepertinya ini yang berukuran agak besar,” tambah Irawati.
Walau setiap tahun sejak 2010, Rafflesia patma selalu berbunga di Kebun Raya Bogor, tapi kejadian itu tak pernah sekalipun dilewatkan oleh Irawati dan Sofie. Mereka menunggui, bahkan bahkan sering tidak tidur hingga bunga mekar. “Kami pernah dua hari tidak tidur,” kata Sofie.
Ternyata, pengamatan kali ini membutuhkan waktu 3 hari 2 malam hingga bunga ini mekar sempurna dengan diameter 42cm dengan tinggi 15cm. Ukuran ini termasuk kategori besar yang pernah mekar di Kebun Raya Bogor. Tetapi ternyata belum mengalahkan Rafflesia patma yang mekar pada tahun 2014 dengan diameter 52cm.
Menurut catatan Agus Susatya, peneliti Rafflesia dalam buku Rafflesia (2011), ukuran Rafflesia patma antara 30cm-40cm. Di antara jenis Rafflesia yang lain, Patma termasuk jenis berukuran sedang.
!break!Keberhasilan ilmuwan Indonesia
Rafflesia patma mempunya sebaran di Pulau Sumatra, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Pulau Nusakambangan. Rafflesia patma yang ada di Kebun Raya Bogor ini berasal dari Pangandaran.
“Cara menanamnya bukan inokulasi sel, karena sel Rafflesia susah sekali dibedakan dengan sel inang. Bila diwarnai hasilnya sama. Makanya disambung,” kata Sofie.
Jadi proses awalnya, menanam tanaman inang terlebih dahulu. Tanaman inang berupa tumbuhan merambat Tetrastigma. Menurut Sofei, ada dua jenis yang biasa menjadi inang Rafflesia patma yaitu tali koja dan kibareum.
Tali koja berbatang pipih sedangkan kibareum berbatang bulat. Setelah ukuruannya cukup, kira-kira diameter 5cm lebih, baru disambung dengan batang Tatrastigma dari Pangandaran.
“Batangnya tidak mesti ada kuncup bunga. Batang itu diambil dari tanaman yang ditumbuhi Rafflesia. Dari kemungkinan sel-selnya sudah menyebar,” kata Sofie. Penyambungan dilakukan pada 2004.
Berkali-kali dicoba, keberhasilan pertama pada tahun 2010, Rafflesia patma mekar pertama kali di Kebun Raya Bogor. Sejak itu, setiap tahun selalu mempersembahkan bunga.
Kini ada 3 lokasi Rafflesia patma di Kebun Raya Bogor. Hanya dua yang produktif berbunga. Bila dilihat di batang liana, ada beberapa kuncup yang tampak menggembirakan. Butuh satu tahun dari muncul knop di akar liana hingga berbunga sempurna. Tapi sayang, tak semua knop itu bisa berhasil hingga mekar. Banyak yang menjadi hitam.
“Kadang sudah tampak mekar, ditunggui ternyata jadi bantat dan tidak jadi mekar,” kata Irawati. Teknik serupa diterapkan untuk menumbuhkan bunga terbesar, Rafflesia arnoldi. Namun sayang, hingga kini belum berhasil.