Studi: Hutan Berkarbon Tinggi Lebih Mendukung Kehidupan Mamalia yang Terancam Punah

By , Senin, 27 November 2017 | 10:00 WIB

Deere dan tim menggabungkan data karbon tinggi dan rendah dengan kamera pengintai dari hutan dan perkebunan sawit. Sementara data resolusi rendah tak menghasilkan sebuah hasil yang berhubungan, data skala lebih kecil menunjukkan daerah karbon tinggi mendukung lebih banyak spesies mamalia sedang dan besar yang terancam punah.

Pertemuan hutan dan perkebunan sawit di Sabah. (Rhett A. Butler /Mongabay)

Bantu Indentifikasi di Kebun Sawit

Grant Rosoman, penasihat solusi kehutanan global Greenpeace—tak ikut dalam penelitian ini–-mengatakan, temuan ini mendukung penggunaan pendekatan stok karbon tinggi (High Carbon Stock) . Alat ini dapat membantu mengidentifikasi area konservasi berdasarkan skema sertifikasi seperti yang kini dipertimbangkan untuk masuk dalam kriteria Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).

“Ini sangat penting karena berarti mengidentifikasi hutan melalui pendekatan HCS atau penilaian serupa untuk mencegah deforestasi hutan sekaligus melindungi keragaman hayati,” kata Rosoman dalam sebuah surat elektronik. “Ini akan berdampak besar untuk secara cepat dan efisien mengidentifikasi kawasan hutan tropis yang jadi prioritas perlindungan keragamanhayati dan karbon.”

Dia menambahkan, keterkaitan nyata antara karbon dan keragaman hayati dapat meningkatkan nilai hutan kaya akan karbon untuk  “manfaat tambahan keragamanhayati” ini di bawah program pelestarian ekosistem seperti REDD+.

REDD+ (reducing emissions from deforestation and forest degradation) bertujuan memberi kompensasi kepada negara-negara berkembang untuk mempertahankan hutan yang berdiri di wilayah mereka.

Baca juga: Ekowisata, Kunci Efektif Pelestarian Alam

Di saat yang sama, Rosoman mengatakan pertanyaan yang belum terjawab yaitu, “dampak bentuk potongan hutan HCS, konektivitas dan konfigurasi lansekap keragamanhayati.”

Dengan kata lain, bagaimana keragaman hayati merespons habitat yang makin terpecah menjadi potongan-potongan lebih kecil karena kegiatan manusia?

“Saya tidak bisa menekankan peringatan fragmentasi ini cukup dengan studi saat ini,” kata Deere. “Kami telah memberikan validasi pertama dari pendekatan HCS,” katanya.

Sekarang, ucap Deere, penelitian lebih lanjut perlu untuk melihat bagaimana fragmentasi lansekap mempengaruhi keragaman hayati dan apa yang dibutuhkan untuk “satu jaringan hutan yang berfungsi ekologis di lansekap perkebunan ini.”

Artikel ini sudah pernah tayang di Mongabay.co.id. Baca artikel sumber.