Apa Perbedaan Katak dan Kodok?

By , Rabu, 29 November 2017 | 18:00 WIB

(Baca juga: Selamatkan Katak, Menyelamatkan Spesies Manusia)

Miki, biasa disapa, menjelaskan bahwa katak atau kodok juga berfungsi penting mengendalikan ekosistem. Serangga yang menjadi musuh petani akan berkurang dengan kehadiran katak atau kodok yang memangsanya, tanpa harus menggunakan pestisida.

Miki memberikan kiat untuk Anda yang ingin mendatangkan katak atau kodok di rumah. Buat lah kolam yang diisi air dan tumbuhan. Tumbuhan berfungsi tempat berlindungnya telur dan berudu serta memberikan pakan untuk anakan katak atau kodok. Bila tidak ada kolam, gunakan pot berisikan tumbuhan air. “Dengan menghadirkan katak atau kodok, kecoa dan rayap berkurang,” jelasnya.

Ancaman

Kehidupan katak maupun kodok di alam, nyatanya tak luput dari ancaman. Ada empat faktor utama yang menyebabkan populasinya terganggu sebagaimana penjelasan Mirza dalam bukunya Pedoman Penelitian dan Survey Amfibi di Alam.

Pertama, hilangnya habitat dan lahan basah. Beberapa jenis amfibi teresterial, misalnya Leptobrachium hasseltii dan Megophrys montana (katak-tanduk gunung) adalah penghuni hutan sehingga hilangnya hutan dapat memusnahkan jenis ini. Perubahan lahan basah akibat eutrofikasi, pencemaran, introduksi ikan asing, hilangnya hutan dan padang sekitar dapat menurunkan populasi amfibi.

“Genangan atau kubangan yang muncul saat hujan ternyata penting bagi pembesaran berudu katak pohon atau jenis lain.”

Kedua, pencemaran dan radiasi UV-B di beberapa negara industri atau kawasan yang memiliki pencemaran udara tinggi mengakibatkan air hujan bersifat masam yang dapat mematikan embrio amfibi dan berudu.

Ketiga, bahan pencemar yang terkandung dalam sampah menjadikannya tumpukan berbahaya. Hasil penelitian menunjukkan amfibi rentan terhadap senyawa seperti logam berat, produk petroleum, herbisida dan pestisida. Penelitian di laboratorium secara konsisten menunjukkan, berudu lebih rentan terhadap pestisida ketimbang ikan.

(Baca juga: Bagi Katak Tropis, Perubahan Iklim Berdampak Luar Biasa Ketimbang Efek Deforestasi)

Penelitian lain juga menunjukkan, jamur Batrachochytrium dendrobatidis menyebabkan penyakitchytridomycosis, yang diduga menjadi pangkal utama kematian banyak amfibi di Amerika Tengah, Australia, dan Asia.

Terkait kondisi tersebut, Amir mengatakan, Indonesia sudah sering impor katak meski LIPI tidak merekomendasikan. “Katak impor tidak bebas jamur dan saat masuk ke Indonesia tidak ada pemeriksaan. Bila terlepas atau sengaja diepaskan ke alam, berbahaya untuk jenis asli karena penularan jamur melalui air,” terangnya.

Masuknya jenis amfibi pendatang dari negara lain pun berisiko terhadap kehidupan jenis-jenis amfibi asli. Misalnya, jenis katak lembu Rana catesbeiana yang bentuk berudu dan dewasanya adalah predator. Bila sengaja dicampurkan, ia dapat memakan katak jenis lain.

Keempat, Indonesia merupakan negara pengekspor terbesar paha katak beku di dunia yang mencapai 4 ribu ton per tahun. “Selain itu juga, katak dan kodok diperjualbelikan antarnegara sebagai binatang peliharaan di terrarium,” jelas Mirza.

Artikel ini pernah tayang di mongabay.co.id dengan judul Katak dan Kodok, Apa Bedanya?