Myopia Boom, Meningkatnya Populasi Anak Pengidap Rabun Jauh

By , Kamis, 30 November 2017 | 17:00 WIB

Dari penelitian Doni Widyandana tentang penyakit mata pada anak, ada dua gangguan terbesar yang dialami anak, yaitu gangguan refraksi di mana anak harus mengguankan kacamata dan kelainan lensa mata atau katarak.

Untuk dua kelainan mata ini, penyebabnya bermacam-macam. Mulai dari faktor keturunan, kejadian baru, dan juga infeksi.

Doni yang baru saja mendapat penghargaan Orbis Medal untuk penelitiannya di The European Society of Catarat and Refractive Surgeons (ESCRS), Lisbon, Portugal itu menyebutkan bahwa jika orang tua memiliki riwayat kecacatan pada mata, hal itu dapat menurun ke anaknya.

Namun, tidak menutup kemungkinan jika mata orang tua normal, anaknya mengalami kondisi kelainan pada mata.

(Baca juga: Tahun 2050, Setengah Populasi Dunia Diprediksi Menderita Rabun jauh)

"Infeksi biasanya terjadi pada kelainan lensa, katarak. Kebanyakan karena virus rubella TORCH (Toxoplasa, Rubella, Cytomegalovarius, and Herpes implex Virus) atau virus kucing, itu tetap banyak," kata Doni.

Dia mengungkapkan, semua persoalan kelainan pada mata dicegah sejak ibu mengandung.

"Perlu dicatat, 80 persen penyakit itu dapat dicegah. Jadi, angka (kasus kelainan pada anak dengan angka tertinggi yakni refraksi dan katarak, red) itu dapat ditekan 80 persen dengan pencegahan," tegas Doni.

Riset menunjukkan adanya Myopia Boom, meningkatkan populasi anak yang mengalami rabun jauh.

Salah satu faktor utama yang makin membuat The Myopia Boom melesat naik adalah gaya hidup anak. Dalam satu dekade belakangan, anak-anak cenderung menghabiskan waktu dengan menatap layar monitor terlalu lama.

"Kalau seperti itu, mereka cenderung melihat dekat terlalu sering, apalagi sambil tiduran. Atau berjam-jam melihat televisi. Faktor radiasi dan kebiasaan melihat dekat itu yang merusak mata," jelas Doni.

Hal semacam ini, sebenarnya ada batasannya. Dia mengungkapkan, melihat dekat boleh, tapi maksimal hanya satu jam. Jika memang harus melanjutkan pekerjaan, seharusnya ada waktu untuk mata beristirahat.

"Misalnya satu jam melihat dekat, suruhlah anak bermain di luar, agar bisa melihat jauh. Itu batasannya enam meter ke atas dan ke depan. Paling tidak selama 15 menit," papar dia.