Mengapa Anak-anak Butuh Risiko, Rasa Takut, dan Keriangan Ketika Bermain?

By , Sabtu, 2 Desember 2017 | 13:00 WIB

Bagaimana dengan cedera?

Sepanjang sejarah, saat ini adalah waktu teraman menjadi anak kecil di Kanada. Kemungkinan meninggal akibat cedera adalah 0,0059%. Penyebab utama kematian adalah kecelakaan mobil dan bunuh diri, bukan bermain. Bahkan lebih besar kemungkinan anak harus dirawat di RS akibat cedera saat mengikuti kegiatan olahraga terorganisir ketimbang saat bermain.

Begitu pula dengan kemungkinan diculik orang asing, angkanya sedemikian kecil sehingga statistiknya tidak dikumpulkan. Agar seimbang, para pencegah cedera profesional menggeser pendekatan dari berusaha menjaga anak seaman mungkin ke berusaha menjaga anak seaman yang diperlukan.

Anak-anak bermain di taman Gedung BRI, Jakarta Pusat, 2007. Biarkan anak-anak mengukur sendiri risiko mereka. Ivan Lanin/Flickr, CC BY-SA Anak-anak secara alamiah mampu

Permainan berisiko bagian penting dari sekolah-sekolah luar ruangan dan lingkungan pendidikan anak usia dini di Kanada dan banyak tempat lain di dunia. Di tempat penitipan anak dan sekolah alam di Inggris, misalnya, murid pendidikan anak usia dini dan taman kanak-kanak membangun markas, memanjat pohon, menggunakan alat, dan menyalakan api—di bawah pengawasan ketat.

Seorang kepala sekolah di Selandia Baru memutuskan murid-muridnya tidak membutuhkan aturan. Murid-murid diizinkan memanjat pohon, membangun benteng, mengayuh sepeda—apa pun yang mereka inginkan. Sekolah tersebut adalah bagian dari suatu penelitian yang menemukan bahwa ketika murid diperbolehkan main yang berisiko, mereka akan lebih bahagia dan sekolah juga mencatat lebih sedikit kasus perisakan dibanding sekolah yang tidak mengubah pendekatan mereka.

Melihat anak-anak terlibat dalam permainan berisiko membuat kita sadar bahwa mereka lebih mampu dari yang kita bayangkan. Ketika diberi kesempatan, bahkan anak-anak yang lebih kecil pun memperlihatkan kemampuan nyata berkait pengelolaan risiko dan mengukur sendiri batas mereka.

(Baca juga: Pendidikan Seks, Bekal Perlindungan Anak di Masa Depan)

Kita hanya perlu membuka mata dan sungguh-sungguh melihat apa yang ada di depan kita. Dan yang paling penting, upayakanlah secara serius untuk memberi anak-anak kesempatan bereksperimen sendiri. Potensi pembelajarannya akan besar sekali.

Apa yang bisa orang tua lakukan?

Menerapkan batasan berlebihan dalam permainan anak atau mendorong mereka terlalu jauh mengambil risiko: keduanya problematis. Peran kita sebagai pengasuh adalah memberikan kebebasan untuk menjelajah dan bermain sesuai pilihan mereka dan mendukung mereka mengelola bahaya sungguhan yang bisa nyata-nyata dan secara serius mengancam keselamatan mereka.

Hal ini bisa berbeda bagi setiap anak, bergantung pada tahap perkembangan mereka, kompetensi, dan preferensi pribadi mereka. Misalnya, permainan yang memberi kesempatan pada anak untuk tersesat adalah hal biasa untuk semua umur: balita yang bersembunyi di semak-semak bisa merasa bahwa ia adalah petualang hutan. Orang tuanya mengawasi sambil memberi mereka perasaan mandiri.