Nationalgeographic.co.id—Tanaman gorse atau Ulex europaeus biasa ditemukan di seantero Britania Raya, menurut Woodland Trust. Tanaman yang tergolong invasif ini mempunyai bunga yang biasanya mekar diantara bulan Januari hingga Juni.
Dilansir dari The Guardian, baru-baru ini pemerintah Skotlandia melalui program penelitiannya mengungkapkan bahwa tanaman tersebut mempunyai kandungan protein yang cukup untuk memberi makan jutaan orang. Temuan ini tergolong mengejutkan karena tanaman invasif ini biasanya hanya disiram dengan herbisida atau dibakar oleh masyarakat agar pertumbuhannya dapat terkendali.
"Tanaman gorse mengandung 17 persen protein dan broom memiliki 21 persen protein. Kedua tanaman ini biasanya diberikan kepada ternak pada saat gagal panen di masa lalu," kata profesor Wendy Russel dari Universitas Aberdeen kepada The Guardian.
"Jadi kami pikir protein dari tanaman ini dapat digunakan sebagai makanan hewan. Jika protein yang ada dapat diproduksi dengan benar untuk memastikan keamanannya, di masa depan protein dari tanaman ini memungkinkan untuk menjadi makanan manusia," tambahnya.
Russel juga mengatakan tanaman ini dapat ditemukan di mana saja tanpa memerlukan lahan pertanian untuk menumbuhkannya. "Setelah kami melakukan perhitungan, gorse yang tumbuh di lahan marginal mempunyai cukup protein untuk memberi makan populasi Skotlandia dengan mudah," terangnya.
Beliau membicarakan hasil penemuannya di acara Science Media Center tentang protein alternatif dengan melihat manfaat dan kerugian kesehatan serta lingkungan jika dibandingkan dengan protein hewani. Laporan jajak pendapat yang dilakukan Agensi Standar Makanan (FSA) menunjukan 60 persen masyarakat Britania Raya bersedia mencoba protein nabati, sepertiga mau mengonsumsi daging buatan dan hanya seperempat ingin memakan serangga sebagai sumber protein.
Baca Juga: Senyum Sinis Joker yang Menyeramkan Berasal dari Tanaman Beracun Ini
Seperti yang diketahui, produksi ternak dan pakan ternak menempati 83 persen lahan pertanian dunia, namun semua itu hanya mampu menghasilkan 18 persen protein. Kedua hal itu juga memiliki dampak parah kepada lingkungan, seperti mendorong krisis iklim dan meningkatkan polusi. Sebuah penelitian telah menunjukkan pemotongan drastis dalam konsumsi daging di negara-negara kaya diperlukan untuk menghentikan pemanasan global.
Sang ahli menyebutkan dari tahun 1950 hingga 2000 populasi global naik dua kali lipat. Konsumsi daging juga mengalami peningkatkan lima kali lipat. Hal ini tidak dapat terus dilakukan di masa depan karena akan merusak lingkungan. Dia menyarankan bahwa manusia benar-benar harus mengobal pola makan. Skotlandia memiliki sedikit lahan subur, itulah sebabnya Russell meneliti tanaman invasif di lahan marginal.
“Ketika Anda membuat isolat protein dari gorse, 57 persen dari total protein yang terdapat di daun dapat didapatkab hingga kemurnian isolat proteinnya mencapai 95 persen. Kami hanya menggunakan sekitar 4,5 hingga 6 kilogram CO2 untuk menghasilkan satu kilogram isolat protein, dibandingkan dengan rata-rata 102 kilogram CO2 untuk satu kilogram daging," katanya.
Russell selaku pemimpin program penelitian strategis pemerintah Skotlandia tentang sistem dan pasokan pangan, menambahkan bahwa protein nabati alternatif ini sangat sehat, berprotein tinggi, tinggi serat, dan tinggi akan mikronutrien. Lebih lanjut, Prof. Robin May, kepala penasihat ilmiah di FSA menambahkan, bahwa ada potensi besar bagi protein alternatif untuk memiliki manfaat bagi lingkungan, manfaat nutrisi, dan akses populasi yang lebih luas.
"Prioritas kami adalah melakukan segala yang mungkin untuk membantu para pelaku bisnis untuk mendapatkan produk baru dan inovatif tersebut dengan aman secepat mungkin," ungkap Prof. Robin May.
May juga mengatakan bahwa meski banyak orang enggan mencoba produk baru, seperti daging buatan dari laboratorium, seperempatnya mengatakan mereka akan berubah pikiran jika yakin produk itu aman dan diatur dengan baik. Daging yang dibuat di laboratorium mulai dijual untuk pertama kalinya pada Desember 2020 di Singapura. Para pendukung mengatakan mereka diproduksi di fasilitas yang bersih dan tidak membawa risiko kontaminasi bakteri pada daging dari ternak.
Baca Juga: Bagaimana Suasana Tumbuhan Zaman Kerajaan? Relief Candi Merekamnya