Bisakah ‘Penyedot’ Karbon Dioksida Ini Menyelamatkan Bumi?

By , Sabtu, 9 Desember 2017 | 14:00 WIB

Manusia benar-benar memproduksi karbondioksida dalam jumlah yang banyak. Tahun lalu, karbon yang berasal dari cerobong asap dan pipa knalpot menghasilkan lebih dari 60 triliun pon gas rumah kaca. Memperburuk iklim planet ini dan semakin menambah asam di lautan.

Masalahnya, kita tak pandai mempertanggungjawabkannya. Sebagian besar upaya untuk menyusutkan jumlah karbon hanya fokus pada pengurangan emisi. Contohnya, beralih ke energi terbarukan, dan membuat transportasi serta proses pengolahan pabrik menjadi lebih efisien.

Namun, upaya tersebut dianggap sangat lambat untuk menstabilkan iklim Bumi. Oleh sebab itu, para insinyur saat ini berusaha melakukan cara lainnya. Bagaimana jika kita mampu membuang karbon dioksida dari udara dan menghapus apa yang sudah kita letakkan di sana?

‘Menangkap udara’

Di berbagai belahan dunia, beberapa perusahaan sedang mengembangkan teknologi ‘menangkap udara secara langsung’. Di antaranya ada New York City-based Global Thermostat, Canada-based Carbon Engineering, dan start-up asal Swiss yang bernama Climeworks.

(Baca juga: 'Supercatalyst', Teknologi Baru untuk Daur Ulang Karbon Dioksida dan Metana)

Tahun ini, Climeworks menunjukkan kemajuannya dengan membuka fasilitas penyedot karbon dioksida layaknya vacuum cleaner di Zurich. Sementara itu, Global Thermostat agak tertinggal. Mereka masih melakukan riset. Teknologinya sendiri akan diperkenalkan di Huntsville, Alabama pada 2018.

Untuk menyimpan karbon dioksida dari udara, diperlukan tempat penampungan yang cukup besar. Dalam hal ini, perusahaan juga sudah melakukan kemajuan pesat.

Sebuah proyek Climeworks di Islandia memompa karbon dioksida, 2000 kaki di bawah tanah ke lapisan batu basal (vulkanik), di mana ia bereaksi dengan cepat untuk membentuk mineral karbonat. Karbonat ini nantinya akan menahan CO2 di tempat penampungan dan di luar atmosfer selama jutaan tahun.

Sebuah studi pada 2016 menunjukkan bahwa proses ini bekerja lebih efisien dari yang diperkirakan. Membangkitkan optimisme untuk penggunaan dalam skala besar.

“Ada beberapa sistem basaltik yang bagus di dunia – termasuk AS – yang mampu menyimpan puluhan juta ton karbon dioksida,” kata Martin Jendrischik, juru bicara dari Climeworks.

Dapat diandalkan kah cara tersebut?

Meskipun tampak menjanjikan, namun cara tersebut membuat cemas para pemerhati lingkungan.