Wabah Difteri di Indonesia: Antara Vaksinasi dan Antibiotik

By , Rabu, 13 Desember 2017 | 15:00 WIB
  • Pendidikan rendah orang tua sangat mempengaruhi perilaku dan tingkat pengetahuan mereka tentang cara hidup sehat dan bersih serta manfaat pemberian imunisasi bagi anaknya.

  • Kurangnya gaya hidup sehat dan bersih yang ditanamkan di sekolah membuat banyak anak sekolah ketularan difteri di sekolah.

  • Adanya pandangan sebagian masyarakat bahwa vaksin itu haram walau hal tersebut telah diklarifikasi oleh pemerintah melalui Majelis Ulama Indonesia.

  • Adanya pandangan bahwa kekebalan tubuh sebenarnya sudah ada pada setiap tubuh individu. Sekarang tinggal bagaimana menjaganya dan bergaya hidup sehat, sehingga tidak perlu imunisasi.

  • Kematian korban dan keampuhan serum anti-difteri

    Pengobatan difteri membutuhkan serum anti-difteri dan antibiotik. Serum dan antibiotik diberikan bersamaan karena serum tidak dapat digunakan untuk mengeliminasi bakteri penyebab. Begitu juga sebaliknya, antibiotik tidak dapat menggantikan peran serum untuk menetralisasi toksin difteri. Dalam hal ini, serum memiliki keterbatasan karena hanya dapat menetralisasi toksin yang beredar atau belum berikatan dengan sel (jaringan).

    Oleh karena itu, serum anti-difteri harus segera diberikan ketika diagnosis difteri ditemukan gejalanya. Serum akan efektif bila diberikan pada tiga hari pertama sejak timbul gejala. Penundaan pemberian serum akan meningkatkan risiko komplikasi dan kematian. Sementara itu, antibiotik dibutuhkan untuk membunuh bakteri penyebab dan mencegah penularan penyakit.

    Masalahnya, ketika ada kasus difteri di suatu daerah, serum harus tersedia dan cepat diberikan karena berburu waktu dengan fatalnya penyakit tersebut. Sementara pemberian antibiotik pada pasien tertentu juga tidak menjamin karena bisa jadi sudah resisten.

    Sampai saat ini penyakit difteri merupakan penyakit yang tidak bisa sepenuhnya dihapuskan. Pemberian imunisasi DPT merupakan salah satu cara pencegahan penyakit difteri dan tidak menghilangkan keberadaan bakteri jika seseorang terinfeksi.

    Pemerintah perlu mengevaluasi penanganan difteri dengan antibiotik dan serum. Indonesia perlu memastikan efektivitas antibiotik dan juga memastikan ketersediaan serum sehingga bisa cepat sampai tujuan.

    Kambang Sariadji, Researcher in Bacteriology, National Institute of Health Research and Development Ministry of Health Indonesia

    Sumber asli artikel ini dari The Conversation. Baca artikel sumber.