Mengubah Limbah Elektronik Menjadi Furnitur Mahal

By , Kamis, 28 Desember 2017 | 20:00 WIB

Asap beracun itu melukai paru-paru Mohamed, sementara pinggul dan pinggangnya terasa sakit karena membawa barang-barang elektronik berat untuk dibakar.

Asap pembakaran limbah membahayakan para pekerja. (Cristina Aldehuela/AFP)

Tanah yang menjadi lokasi kerjanya berwarna hitam, berlumpur, dan dipenuhi kantong plastik, kabel, botol serta sepatu rusak. Juga bercampur dengan televisi hancur dan layar komputer.

Biasanya, para pekerja menggunakan plastic dan polistirena sebagai bahan bakar untuk melelahkan komponen dan mengekstrak tembaga.

Joseph memahami apa yang dialami para pekerja di Agbogbloshie tersebut. Ia sadar bahwa mereka menginginkan hal yang sama dengan semua orang: yakni, kehidupan yang lebih baik.

Oleh sebab itu, Joseph berharap, inisiatifnya untuk mengubah limbah elektronik menjadi furnitur ini bisa memperbaiki kehidupan mereka dan Bumi.

‘Jam kakek’

Karya pertama Josep dari limbah elektronik adalah ‘jam kakek’. Ini dibuat dari poros roda mobil, aluminium dan bagian jam dinding yang dibuang.

'Jam kakek', salah satu karya Joseph (Cristina Aldehuela/AFP)

Dua hotel mewah di Accra berlomba-lomba untuk membeli jam yang tidak biasa ini. Melihat hal itu, Joseph berencana untuk membuat lebih banyak lagi. Juga mengembangkan pengerjaannya.

Ia melihat adanya masa depan di mana 100 orang pekerja dari Agbogbloshie bisa meninggalkan lokasi kerja mereka yang berbahaya untuk membuat furnitur.

Joseph juga ingin memamerkan hasil karyanya di galeri-galeri yang ada di dunia serta melelangnya.