Perjuangan Badak Sumatera dalam Menghadapi Kepunahan Selama 10.000 Tahun

By , Minggu, 17 Desember 2017 | 14:00 WIB

Dampaknya, makin berkurangnya keragaman genetik badak Sumatera akibat isolasi geografis sehingga membuat mereka lebih rentan terhadap ancaman dari aktivitas manusia seperti pembabatan hutan dan perburuan.

Baca juga: Badak Sumatera yang Baru Ditemukan di Kalimantan Mati

Itulah sebabnya, menjelang akhir zaman es sekitar 9.000 tahun yang lalu, jumlah badak Sumatera berkurang drastis hingga hanya menyisakan sekitar 700 spesies saja. Kondisi suram ini terus berlangsung hingga sekarang.

"Populasi mereka rendah dan tidak pernah menunjukkan adanya peningkatan," imbuh Mays.

Harapan menambah populasi badak Sumatera terus diusahakan dengan melakukan penangkaran. Indonesia sendiri berhasil menangkarkan badak dan melahirkan Andatu yang menjadi badak pertama yang lahir di penangkaran di Indonesia pada 2012 silam.

Namun, itu semua tidaklah cukup. Kita masih terus berkejaran dengan waktu untuk mencari jalan lain dalam menyelamatkan badak.

Baca juga: Badak Sumatera Berhasil Ditemukan di Kutai Barat

Salah satu persoalannya adalah soal perkembangbiakannya yang terbilang lambat. Betina tidak mencapai tingkat kematangan seksual hingga umur 6 atau 7 tahun, sementara jantan baru mencapai tingkat kematangan seksualnya pada umur 10 tahun.

Lalu, betina hanya kawin sekali setiap empat atau lima tahun, dan masa kehamilan mereka selama 16 bulan. Setelah itu, anak badak akan tinggal dengan induk mereka selama dua hingga tiga tahun.

Jika sampai badak Sumatera punah, seluruh genus ini juga punah. Pasalnya, badak Sumatera merupakan satu-satunya spesies dari genus Dicerorhinus yang bisa bertahan hidup hingga sekarang. Genus ini merupakan grup paling primitif yang berevolusi dari 15 juta tahun hingga 20 juta tahun lalu.

Artikel ini sudah pernah tayang di Kompas.com. Baca artikel sumber.