Pusat Arkeologi Nasional Menyingkap Misteri Candi yang Hilang

By Mahandis Yoanata Thamrin, Senin, 18 Desember 2017 | 09:00 WIB
Dwarapala yang ditemukan di kedalaman sekitar 2,3 meter oleh para ahli arkeologi di situs Candi Adan-adan. (Pusat Penelitian Arkeologi Nasional)

“Perbedaan gaya seni dan arsitektur candi masa JawaTengah dan JawaTimur begitu mencolok,” ungkap Sukawati Susetyo .”Bahkan, mengesankan seperti dua budaya yang terpisah.”

Sukawati, ahli arkeologi di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, mengungkapkan pemaparannya tentang temuan timnya selama mengekskavasi repihan situs Candi Adan-adan. Pemaparan itu disajikan pada Seminar Nasional yang bertajuk “Mengungkap Akar Peradaban, Menguatkan Karakter Bangsa” pada 12 Desember silam.

Tinggalan arkeologis yang terbenam tanah sedalam 2,3 meter itu berada di Desa Adan-Adan, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Sejatinya, Jawa Timur memiliki sederet candi yang ditemukan dalam kondisi terbenam dalam tanah seperti Candi Gurah (terpendam 3 meter), Candi Kepung (terpendam 7 meter), CandiNdorok (terpendam 5 meter), Candi Tunglur (terpendam 3 meter), Candi Tondowongso (terpendam 1-2 meter). 

 

Makara yang ditemukan di situs Candi Adan-adan, Kediri. Makara adalah makhluk dalam mitologi Hindu, yang kerap digambarkan dengan dua satwa gabungan. (Pusat Penelitian Arkeologi Nasional)

Lalu, pertanyaan yang menggelitik minat arkeolog adalah apakah Candi Adan-Adan merupakan bentuk arsitektur peralihan masa Kadiri?

Candi Adan-adan mengalami tiga kali masa pembangunan lantaran terganggu oleh bencana letusan gunung, bahkan banjir. Sampai terjadinya letusan hebat yang mengubur candi, pembangunan tak kunjung selesai juga.

Berdasarkan petunjuk lapisan tanah, Candi Adan-adan mengalami tiga kali masa pembangunan lantaran terganggu oleh bencana letusan gunung, bahkan banjir. Sampai terjadinya letusan hebat yang mengubur candi, pembangunan tak kunjung selesai juga. Namun, perihal kapan persisnya letusan hebat itu terjadi, Sukawati dan timnya masih belum bisa memberikan pendapat.  

“Letusan Kelud (Kampud) juga disebutkan dalam Nagarakertagama dan Pararaton,” ungkap Sukawati. “Kejadiannya berkali-kali pada abad ke-13, 14, 15.” Kemudian ia menambahkan, “Dan, hal ini juga didukung dengan data vulkanologi.”

Hasil temuan tim arkeolog mengungkapkan bahwa Candi Adan-adan terbuat dari dua bahan, yaitu batu dan bata. Batu andesit yang digunakan untuk membangun candi berasal dari Gunung Kelud.

Sukawati menduga bahwa candi ini memiliki bagian kaki dan tubuh karena adanya temuan dua buah kepala kala. Dia juga berharap, “Minimal masih ada dua kala yang belum ditemukan.”

Berdasar temuan arkeologi, Sukawati menduga tampaknya candi ini tidak selesai pembangunannya. Pendapat ini didasarkan pada temuan dua kepala kala yang belum rampung. Makara candi belum dihias dengan sempurna. Bahkan, drawapala yang belum sempurna bagian anting kanannya dan bentuk ular yang menempel di bagian bawah tubuh juga belum sempurna.