Bakteri dari Antartika Ini Bisa Menjadi Kunci untuk Menemukan Alien

By , Senin, 18 Desember 2017 | 18:00 WIB

Untuk bertahan hidup, manusia setidaknya membutuhkan makanan, minuman, sinar matahari, dan oksigen.

Namun, tampaknya syarat-syarat itu tak berlaku bagi mikroba yang hidup di Antartika. Mereka dapat bertahan hidup hanya dengan mengandalkan energi dari atmosfer, dan mungkin bisa dijadikan petunjuk dalam mengetahui kehidupan alien.

Temuan yang telah dipublikasikan dalam jurnal Nature pada 6 Desember 2017 ini berawal pada tahun 2014 saat tim peneliti dari institusi di seluruh Australia dan Selandia Baru ke pantai Antartika timur. Di sana, mereka mengumpulkan sampel tanah dari dua lokasi bebas es.

Keinginan para peneliti cukup sederhana. Mereka ingin tahu bagaimana kehidupan mikrokopis bertahan dalam lingkungan yang ekstrem. Pasalnya, suhu beku, paparan radiasi UV tinggi, serta karbon, nitrogen, dan air yang terbatas bukanlah tempat hidup yang menyenangkan.

(Baca juga: Kehidupan di Planet Alien Mungkin Mirip Bumi)

Hampir dua lusin mikroba didapatkan, dan dua bakteri di antaranya belum pernah ditemukan sebelumnya, yakni WPS-2 dan AD3.

"Mereka berada dalam kelimpahan yang sangat tinggi yang tidak pernah diamati sebelumnya," kata Belinda Ferrari, yang memimpin laboratorium mikrobiologi sel tunggal di Universitas New South Wales, seperti dilansir Newsweek pada Sabtu (9/12/2017).

"Jadi, itulah sebabnya kami memutuskan melakukan genomik untuk mendapatkan wawasan tentang apa yang bakteri ini lakukan," lanjutnya.

Rupanya, WPS-2 dan AD3 bertahan hidup dengan mengekstrak energi dan karbon dari hidrogen, karbon monoksida, dan karbon dioksida di udara.

Melalui hasil penelitian ini, para peneliti berharap dapat membuka kemungkinan lain untuk mencari alien.

(Baca juga: Inilah Alasan Mengapa Kita Belum Menemukan Keberadaan Alien)

Sebab, kondisi di Antartika serupa dengan bulan dan eksoplanet tertentu. Selain Antartika, kemiripan dengan planet lain dapat dijumpai pada gunung berapi di Hawaii atau rawa di Ethiopia.

"Pertanyaan besarnya adalah bagaimana mikroba bisa bertahan bila ada sedikit air, tanahnya sangat rendah karbon organik, dan kapasitasnya sangat kecil untuk menghasilkan energi dari matahari melalui fotosintesis selama kegelapan musim dingin," kata Ferrari.