Kepunahan Massal 445 Juta Tahun Silam, Seperti Apa Lingkungannya?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Minggu, 16 Januari 2022 | 16:07 WIB
Kelompok peneliti dari Florida State University, Virginia Polytechnic Institute and State University, dan University of California, sedang mengambil data di Nevada. Data dari situs ini mengungkap bagaimana kondisi lingkungan yang terjadi pada kepunahan massal Ordovisium akhir. (Anders Lindskog/Florida State University)

Peta kondisi Bumi menjelang kepunahan massal Ordovisium akhir. Gambar dengan bintang menjadi lokasi penelitian saat ini. Terlihat, Afrika menjadi kutub selatan yang luas pada masanya. (Nevin P. Kozik et. al)

"Kami tahu bahwa kehidupan harus bertahan dan tetap ada setelah kepunahan massal ini, dan kami sekarang memiliki indikasi bahwa setidaknya lokasi ini (Quebec) memiliki oksigen yang cukup untuk mendukung kehidupan," terang rekan penulis Seth Young, profesor di Department of Earth, Ocean, and Atmospheric Science and National High Magnetic Field Laboratory, Florida State University.

"Itu konsisten dengan apa yang Anda temukan dalam catatan batuan dan fosil, yakni bahwa terumbu karang bertahan melalui peristiwa kepunahan ini. Fosilnya menunjukkan bahwa, setidaknya di sana, kehidupan baik-baik saja." Dengan kata lain, Quebec menjadi salah satu tempat 15 persen spesies purba untuk bertahan hidup saat kekacauan terjadi.

Baca Juga: Pencegahan Kepunahan Massal di Lautan Dengan AI, Robot, dan Printer 3D

Dia melanjutkan, Bumi saat ini memiliki kesamaan dengan Ordovisium akhir, periode di mana tempat es berada mengalami kehilangan besar keanekargaman hayati, iklim yang memanas, dan penurunan oksigen di lautan.

"Semua hal itu sangat penting dan memberikan perspektif modern tentang peristwia kepunahan massal ini," terang Young. "Penting untuk tidak hanya sekadar tahu apa yang menyebabkan peristiwa kepunahan itu, tetapi juga bagaimana sistem Bumi berjalan dan terus berlanjut."

"Itulah dorongan untuk mempelajari banyak hal tentang ini (kepunahan massal), tidak hanya untuk memahami kenapa ini terjadi, tetapi seperti apa periode ini pada kelangsungan hidup, dan apa yang menyebabkan munculnya kembali dan diversifikasi hayati."

para peneliti menulis, studi ini adalah yang pertama menggunakan pengukuran beberapa elemen dari beberapa situs seperti Kanada, Nevada, dan Estonia untuk memeriksa kondisi yang menyebabkan kepunahan massif itu.

Temuan ini diungkap dengan mengukur konsentrasi oksigen dan sulfida dari jutaan tahun yang lalu, menggunakan proksi geokimia yang sesuai dengan kondisi laut purba. Berkat sampel dari tiga lokasi, konsentrasi yodium dan isotop belerangnya menawarkan informasi tentang tingkat oksigen dan sulfida di laut purba, lokasi yang kini menjadi hamparan luas.

Baca Juga: Sendawa Mikroba Beracun Menyebabkan Kepunahan dalam Sejarah Bumi