Maskapai Ini Akan Lakukan 18.000 'Penerbangan Hantu' demi Jaga Slotnya

By Utomo Priyambodo, Jumat, 14 Januari 2022 | 11:00 WIB
(Laura D'Alessandro/Flickr)

Nationalgeographic.co.id—Perusahaan penerbangan Lufthansa mengatakan mereka terpaksa bakal melakukan 18.000 "penerbangan hantu" musim dingin ini. Hal ini mereka lakukan demi mempertahankan slot lepas landas dan pendaratan mereka.

Dalam beberapa minggu mendatang, grup maskapai penerbangan tersebut memperkirakan akan membatalkan sekitar 33.000 penerbangan karena penurunan perjalanan udara yang disebabkan oleh lonjakan kasus COVID-19 setelah munculnya varian Omicron. CEO Lufthansa, Carsten Spohr, mengatakan kepada Frankfurter Allgemeine Sonntagszeitung bahwa penurunan permintaan datang dari Jerman, Swiss, dan Austria, yang sangat terpukul selama gelombang pandemi ini.

Memasuki musim dingin, maskapai ini hanya menjalankan 60 persen dari jadwal pra-pandemi mereka. Itu pun hanya ada setengah jumlah penumpang yang mengambil penerbangan-penerbangan.

Karena aturan slot bandara, perusahaan tidak bisa begitu saja mengurangi penerbangan mereka. Jika menguranginya, mereka akan berisiko kehilangan hak mendarat di masa depan.

 Baca Juga: Penerbangan Perdana, Blue Origin Bawa Astronaut Termuda dalam Sejarah

"Karena berkurangnya permintaan pada Januari, kami bahkan akan membatalkan lebih banyak penerbangan," kata Spohr, seperti dilansir IFL Science.

"Tetapi di musim dingin kami harus melakukan 18.000 penerbangan tambahan yang tidak perlu, hanya untuk mengamankan hak lepas landas dan mendarat kami."

Perusahaan mengatakan mereka akan terpaksa untuk mengoperasikan penerbangan tanpa atau dengan sangat sedikit penumpang untuk mengamankan slot ini di bawah aturan "gunakan atau hilangkan" Uni Eropa (UE). Aturan untuk Musim Dingin 2021/2022 adalah maskapai harus menggunakan setidaknya 50 persen dari slot mereka atau mereka berisiko kehilangannya.

Pada tahap awal pandemi, aturan ini telah dikurangi menjadi 0 persen untuk menghentikan penerbangan yang berlangsung tanpa permintaan. Namun angka ini kemudian telah ditingkatkan secara bertahap ketika dunia telah dibuka kembali.

Baca Juga: Bagaimana Pertama Kali Penerbangan Komersil Ada di Indonesia?

Meskipun masih belum kembali ke tingkat pra-pandemi (80 persen), maskapai berjuang untuk beroperasi pada 50 persen atas permintaan penumpang saja.

"Terlepas dari desakan kami untuk lebih banyak fleksibilitas pada saat itu, UE menyetujui aturan penggunaan 50 persen untuk setiap jadwal/frekuensi penerbangan yang diadakan untuk musim dingin," kata juru bicara International Air Transport Association (IATA) seperti dilansir Metro.