Penelitian Jati pada 1998, berhasil mencatat 97 jenis burung termasuk salah satunya burungmadu sriganti (Nectarina jugularis) dan bondol jawa (Lonchura leucogastroides). Dan di 2007, Bashari dan Wungo (Tim Burung Indonesia) yang melakukan survei hampir di seluruh kawasan Manupeu Tanah Daru berhasil mencatat 119 jenis burung.
Berdasarkan kombinasi antara hasil riset sebelumnya dengan koleksi catatan perjumpaan dan dokumentasi foto yang terkumpul hingga 2017, diketahui ada 156 jenis burung yang pernah dijumpai di dalam kawasan Taman Nasional Matalawa.
Matalawa, ‘rumah’ bagi burung-burung di Sumba
Meskipun termasuk pulau yang kecil, tetapi Sumba memiliki dua kawasan taman nasional. Yakni, Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Taman Nasional Laiwangi Wanggameti. Pada 2006, kedua taman ini digabungkan menjadi satu dengan nama Taman Nasional Matalawa.
Awalnya, kedua taman nasional memiliki spesies khasnya masing-masing, yakni kakatua sumba (Cacatua sulphurea) dan julang sumba (Rhyticeros everetti). Namun, kini Matalawa menjadi harmoni dan perpaduan keduanya.
(Baca juga: Observatorium Nasional Timau, Pengawas Langit dari Timor)
Luasnya yang kurang dari 10% Sumba, memiliki peran, fungsi, dan manfaat yang begitu banyak bagi kehidupan makhluk hidup yang tinggal di Sumba.
Beberapa publikasi menyebutkan bahwa tegakan hutan alam yang tersisa di Sumba sebagian besar terdapat di kawasan taman nasional. Begitu juga dengan ribuan mata air yang mengalir menjadi puluhan air terjun dan sungai-sungai besar, menjadikan Matalawa sebagai kawasan perlindungan hidrologi yang sangat penting.
Perpaduan antara variasi ekosistem dan tegakan hutan dengan daerah aliran sungai yang beragam merupakan rumah yang nyaman bagi lebih dari 150 jenis burung yang tinggal di dalamnya – baik sebagai penetap maupun sebagai pengunjung musiman (migran).