Untuk mendapat temuan ini, para peneliti mengguanakan data lebih dari 200.000 SNP dari 31.747 orang keturunan Eropa yang berpartisipasi.
Genotip (kode genetik), status kanker prostat, dan usia dianalisis untuk memilih SNP yang terkait dengan diagnosis kanker prostat. Kemudian data dimasukkan ke dalam alat prediksi baru, yaitu Skor Risiko Poligenik, yang melibatkan analisis kelangsungan hidup untuk memperkirakan efek SNP pada usia saat diagnosis kanker prostat agresif.
Baca juga: 15 Gejala Kanker yang Sering Diabaikan Wanita
Hasilnya, angka dari skor risiko tersebut dapat memperkirakan risiko genetik individu.
"Kekuatan tes ini adalah genotip individu tidak berubah seiring bertambahnya usia, sehingga skor ini dapat dihitung dan digunakan kapan saja," kata Ian Mills, profesor kanker prostat di Nuffield Departement of Surgical Sciences yang terlibat dalam penelitian ini dikutip dari laman resmi Oxford University, Jumat (11/01/2018).
"Namun, kita masih perlu mempelajari manfaat klinis sebelum menggunakan tes skor risiko poligenik ini digunakan secara terus menerus," sambungnya.
"Skor risiko poligenik dihitung dari 54 SNP dan terbukti merupakan prediktor yang signifikan untuk diagnosis kanker prostat yang agresif," kata Seibert.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com. Baca artikel sumber.