Oymyakon, Desa Terdingin di Bumi

By , Jumat, 19 Januari 2018 | 08:00 WIB

“Orang-orang Yakutia senang dengan makanan dingin, ikan mentah beku, salmon putih, hati kuda beku, yang dianggap sebagai makanan lezat. Sehari-hari, kami suka makan sup dengan daging. Daging adalah sebuah keharusan. Itu bagus untuk kesehatan kami,” kata Bolot Bochkarev, penduduk lokal.

Video yang diambil di sebuah pasar saat musim dingin menunjukkan beberapa bahan makanan yang dijual. Seperti tundra bersalju dan ikan beku yang berdiri tegak lurus dalam sebuah ember atau kotak -- dibiarkan begitu saja tanpa perlu mesin pendingin.

Sulit beraktivitas karena terlalu dingin

Masalah utama yang sering ditemui penduduk Oymyakon adalah tinta pulpen yang mengering, kacamata yang membeku dan menempel di wajah mereka, serta baterai yang kehilangan tenaganya. Warga lokal mengatakan, mereka beberapa kali harus meninggalkan mobil mereka di jalan karena tidak bisa menyala.

Tak jarang, banyak penduduk yang meninggal akibat kejadian tersebut. Menurut laporan Siberian Times, dua pria meninggal saat berjalan kaki di udara dingin, setelah mesin mobil mereka tidak bisa menyala.

Masalah lain yang muncul akibat suhu beku ini adalah sulitnya mengubur mayat. Untuk melakukannya, diperlukan waktu hingga tiga hari. Daratan harus ‘dicairkan’ terlebih dahulu sebelum digali.

Jadi, api unggun dinyalakan selama beberapa jam. Selanjutnya, batu bara diletakkan di tengahnya untuk melubangi bagian yang ingin digali. Proses tersebut diulang selama beberapa hari sampai lubangnya cukup dalam untuk mengubur peti mati.

(Baca juga: Rahasia Praktik Pemakaman Irlandia Kuno Terungkap)

Setelah perjalanannya selesai, Chapple mengatakan, sulit untuk melakukan wawancara dengan orang-orang di jalan karena udara terlalu dingin. Biasanya, mereka selalu terburu-buru mencari tempat yang lebih hangat. Chapple juga kesulitan mengambil gambar. Kameranya  terlalu dingin untuk memotret.

Menurut Chapple, udara dingin itu membuat napas yang keluar dari mulutnya akan "berputar-putar seperti asap cerutu". Oleh sebab itu, ia harus menahan napas agar uapnya tidak menutupi lensa.

Satu hal yang tidak bisa dilupakan oleh Chapple adalah ketika dia mencoba memotret tanpa sarung tangan. Setelahnya, ibu jari Chapple membeku dan mati rasa.

Suhu yang terlalu dingin tersebut bahkan bisa membuat air liur Chapple membeku dan berubah seperti “jarum yang menusuk bibir”.