Oymyakon, Desa Terdingin di Bumi

By , Jumat, 19 Januari 2018 | 08:00 WIB

Di wilayah terpencil Siberia ini, suhu dinginnya tidak bisa dianggap main-main. Adalah Oymyakon, pemukiman dengan 500 penduduk di wilayah Yakutia, yang memiliki reputasi sebagai tempat terdingin di Bumi.

Awal minggu ini, suhu di Oymyakon mencapai batas tertingginya, yakni -88° Fahrenheit atau sekitar -67° Celcius. Saking dinginnya, bulu mata pun membeku dan badan bisa sakit akibat radang dingin.

Selama musim dingin, desa Oymyakon mengalami gelap 21 jam per harinya.

Anastasia Gruzdeva, penduduk lokal, melakukan wefie di tengah-tengah suhu dingin Oymyakon. (Instagram @anastasiagav)

Melihat keunikannya tersebut, banyak orang dari negara lain yang ingin mengunjungi Oymyakon. Mereka ingin bertemu dan melihat kehidupan para penduduk yang mampu bertahan di udara dingin tersebut.

Amos Chapple, jurnalis foto asal Selandia Baru, mengunjungi Oymyakon pada 2015 untuk menangkap gambar kehidupan di desa itu.

(Baca juga: Terlalu Dingin, Empat Hiu Ditemukan Mati Membeku)

Oymyakon sangat terpencil, berlokasi lebih dekat dengan Lingkaran Arktik dibandingkan kota besar. Menurut Chapple, perjalanan menuju ke sana sangat sulit. Setelah tujuh jam penerbangan dari Moscow, Chapple pergi ke sebuah pom bensin terdekat dengan menggunakan van. Setelah dua hari menunggu di gubuk dan bertahan hidup dengan makan sup rusa, barulah ia mendapat tumpangan menuju ke Oymyakon.

“Hari pertama di sana, fisik saya terasa rusak akibat berjalan-jalan selama beberapa jam di luar ruangan,” paparnya.

Mengonsumsi makanan mentah dan beku

Menurut Chapple, iklim dinginnya benar-benar telah meresap ke setiap aspek kehidupan penduduk yang tinggal wilayah tersebut.

Bahkan, menu utama makanan di Oymyakon adalah daging – terkadang dimakan dalam keadaan mentah atau beku. Mereka jarang mengonsumsi sayur karena tidak memungkinkan untuk menanam tumbuhan di suhu yang dingin.

Beberapa makanan khasnya meliputi stroganina – ikan beku mentah yang diiris panjang – daging rusa, hati kuda beku yang mentah, dan es batu dari darah kuda yang dicampur dengan makaroni.

“Orang-orang Yakutia senang dengan makanan dingin, ikan mentah beku, salmon putih, hati kuda beku, yang dianggap sebagai makanan lezat. Sehari-hari, kami suka makan sup dengan daging. Daging adalah sebuah keharusan. Itu bagus untuk kesehatan kami,” kata Bolot Bochkarev, penduduk lokal.

Video yang diambil di sebuah pasar saat musim dingin menunjukkan beberapa bahan makanan yang dijual. Seperti tundra bersalju dan ikan beku yang berdiri tegak lurus dalam sebuah ember atau kotak -- dibiarkan begitu saja tanpa perlu mesin pendingin.

Sulit beraktivitas karena terlalu dingin

Masalah utama yang sering ditemui penduduk Oymyakon adalah tinta pulpen yang mengering, kacamata yang membeku dan menempel di wajah mereka, serta baterai yang kehilangan tenaganya. Warga lokal mengatakan, mereka beberapa kali harus meninggalkan mobil mereka di jalan karena tidak bisa menyala.

Tak jarang, banyak penduduk yang meninggal akibat kejadian tersebut. Menurut laporan Siberian Times, dua pria meninggal saat berjalan kaki di udara dingin, setelah mesin mobil mereka tidak bisa menyala.

Masalah lain yang muncul akibat suhu beku ini adalah sulitnya mengubur mayat. Untuk melakukannya, diperlukan waktu hingga tiga hari. Daratan harus ‘dicairkan’ terlebih dahulu sebelum digali.

Jadi, api unggun dinyalakan selama beberapa jam. Selanjutnya, batu bara diletakkan di tengahnya untuk melubangi bagian yang ingin digali. Proses tersebut diulang selama beberapa hari sampai lubangnya cukup dalam untuk mengubur peti mati.

(Baca juga: Rahasia Praktik Pemakaman Irlandia Kuno Terungkap)

Setelah perjalanannya selesai, Chapple mengatakan, sulit untuk melakukan wawancara dengan orang-orang di jalan karena udara terlalu dingin. Biasanya, mereka selalu terburu-buru mencari tempat yang lebih hangat. Chapple juga kesulitan mengambil gambar. Kameranya  terlalu dingin untuk memotret.

Menurut Chapple, udara dingin itu membuat napas yang keluar dari mulutnya akan "berputar-putar seperti asap cerutu". Oleh sebab itu, ia harus menahan napas agar uapnya tidak menutupi lensa.

Satu hal yang tidak bisa dilupakan oleh Chapple adalah ketika dia mencoba memotret tanpa sarung tangan. Setelahnya, ibu jari Chapple membeku dan mati rasa.

Suhu yang terlalu dingin tersebut bahkan bisa membuat air liur Chapple membeku dan berubah seperti “jarum yang menusuk bibir”.