Manusia Cheddar: Leluhur Orang Inggris Berkulit Gelap dan Bermata Biru

By National Geographic Indonesia, Rabu, 2 Juni 2021 | 22:36 WIB
Dengan mengurutkan DNA purba, para ilmuwan mampu menciptakan warna kulit, warna mata, dan jenis rambut. (Tom Barnes/Channel 4)

Nationalgeographic.co.id—Manusia Cheddar (Cheddar Man) merupakan kerangka Homo sapiens tertua yang hampir lengkap yang pernah ditemukan di Inggris. Kerangkanya ditemukan pada 1903 di Gua Gough, Cheddar Gorge, Somerset, dan telah menjadi topik pembicaraan karena kemisteriusannya.

Selama lebih dari seabad, para ilmuwan telah berupaya mengungkap kisah Manusia Cheddar, memaparkan berbagai teori bagaimana rupanya, dari mana asalnya, dan informasi apa yang bisa kita dapatkan tentang nenek moyang kita darinya.

Kini, dengan memanfaatkan teknologi pemotongan DNA dan rekonstruksi wajah, untuk pertama kalinya kita dapat melihat wajah manusia prasejarah ini dan mengetahui kaitannya dengan manusia Eropa modern. Karya perintis ini dilakukan oleh tim peneliti DNA dan pembuat model prasejarah dari University College London dan Natural History Museum, London, Inggris.

Untuk mendapatkan sampel DNA Manusia Cheddar, para periset membuah lubang kecil selebar 2 mm di tengkorak kuno itu. Mereka berhasil mengekstrak informasi genetik yang cukup untuk membuat rekonstruksi wajah serta karakteristik genetik lainnya.

“Untuk mengekstrak DNA kuno dari manusia atau hewan, yang diperlukan adalah bagian tulang padat yang dapat melindungi DNA di dalamnya sebanyak mungkin,” ujar Dr. Selina Brace, dari Natural History Museum.

Dalam kasus ini, para periset awalnya memanfaatkan tulang kaki atau gigi Manusia Cheddar, namun selama dua tahun terakhir, mereka berganti memanfaatkan petrous, atau tulang telinga dalam, yang merupakan tulang terpadat pada tubuh manusia.

Baca Juga: Homo Sapiens Mengalahkan Neanderthal Saat Perubahan Iklim Terjadi

Manusia Cheddar direkonstruksi menggunakan DNA, pemindaian 3-D, dan cetak 3-D. (All3DP)

Tim kemudian menggunakan pemindai berteknologi tinggi untuk membuat tengkorak Manusia Cheddar dalam detail 3D penuh, membuatnya “berdaging” dengan fitur wajah yang berdasarkan hasil penelitian ilmiah.

"Profil genetik Cheddar Man menempatkannya pada beberapa penduduk Eropa era Mesolitik lainnya dari Spanyol, Hungaria dan Luksemburg yang DNAnya telah dianalisis," ujar Professor Mark Thomas, dari University College London.

Para pemburu-pengumpul Barat ini bermigrasi ke Eropa pada akhir Zaman Es terakhir dan kelompok tersebut juga meliputi leluhur Manusia Cheddar. Saat ini, sekitar 10% keturunan asli Inggris dapat dikaitkan dengan populasi tersebut.

“Sampai saat ini selalu diasumsikan bahwa manusia cepat beradaptasi dengan memiliki kulit pucat setelah memasuki Eropa sekitar 45.000 tahun yang lalu,” ujar Dr. Tom Booth, peneliti posdoktoral di Natural History Museum.

Booth menjelaskan bahwa kulit pucat lebih baik dalam menyerap sinar UV dan membantu manusia menghindari kekurangan vitamin D di iklim dengan sinar matahari yang kurang. Namun, Manusia Cheddar memiliki penanda genetik pigmentasi kulit yang biasanya dikaitkan dengan sub-Sahara Afrika.

Penemuan ini konsisten dengan sejumlah jasad manusia Mesolitik lainnya yang ditemukan di seluruh Eropa.

Baca Juga: Peneliti Ungkap Selama ini Rekonstruksi Manusia Purba Keliru dan Bias

Manusia Cheddar— pemburu-pengumpul yang hidup sekitar 10.000 tahun silam—memiliki mata biru, rambut keriting nan gelap, dan warna kulit yang gelap kehitaman. (Natural History Museum)

"Manusia Cheddar memang hanya satu orang, tapi ia menunjukkan populasi Eropa saat itu. Mereka memiliki kulit gelap dan sebagian besar memiliki mata berwarna pucat, berwarna biru atau hijau, dan rambut cokelat tua,” tambah Booth.

Dengan ini, terungkap bahwa fitur mata berwarna pucat memasuki Eropa jauh lebih lama sebelum kulit pucat atau rambut pirang, yang baru muncul setelah adanya budaya bertani.

“Manusia Cheddar mengingatkan kita bahwa kita tidak bisa membuat asumsi tentang bagaimana rupa manusia di masa lalu berdasarkan rupa mereka saat ini, dan kumpulan ciri yang kita lihat saat ini bukanlah sesuatu yang tetap,” pungkas Booth.