Dengan menggunakan pencitraan otak, tim ini menemukan bahwa daerah otak kanan yang mengambil alih tugas tersebut berada di lokasi cerminan yang digunakan sisi kiri otak pada orang sehat. Itu menekankan, bukan hanya sebagian wilayah otak yang mengambil alih fungsi dari area lain yang rusak.
Newport juga mengatakan, jika ilmuwan bisa mempelajari kemampuan ini pada anak-anak, mungkin saja ada cara untuk membuat otak dewasa memiliki kemampuan serupa. Dengan kata lain, ia optimis bahwa penelitiannya menawarkan harapan kepada penderita stroke dewasa.
Menguatkan pendapat Newport, Takao Hensch, seorang profesor biologi molekuler dan sel di Harvard University juga melakukan penelitian terkait kemampuan otak untuk "menguat kembali".
Dalam pertemuan yang sama, Hensch menyebut bahwa penelitiannya pada tikus menunjukkan dengan menghalangi molekul tertentu di otak dewasa yang menghambat plasisitas sangat mungkin untuk meningkatkan kemampuan otak "menguat kembali".
"Dasar otak adalah plastis, untuk menguat kembali sendiri. Melalui evolusi, otak melapisi faktor 'rem' untuk membatasi penguatan terlalu banyak yang terjadi di titik tertentu," kata Hensch.
"Ini menawarkan kemungkinan terapeutik baru. JIka kita bisa bijaksana mengangkat 'rem' di kemudian hari, mungin kita bisa membuka kembali kemampuan otak," sambungnya.
Untuk mendapat temuannya ini, Hensch sudah mencoba beberapa terapi yang mungkin untuk penderita stroke. Ia juga menyebut, ada kemungkinan obat yang rutin digunakan mengatasi gangguan mood mungkin menunjukkan potensi meningkatkan plasisitas pada orang dewasa.
Penelitian sebelumnya menunjukkan, orang dewasa yang diberi obat valporate (obat untuk gangguan bipolar) mendapatkan kembali kemampuan untuk mempelajari nada sempurna. Padahal, kemampuan ini hanya terlihat pada anak yang belajar musik sebelum usia 6 tahun.
Meski begitu, Hensch juga menegaskan bahwa perlu kehati-hatian saat harus "mengotak-atik" kemampuan otak.
"Kita harus mempertimbangkan bahwa otak telah terbentuk dengan baik pada saat dewasa dan telah melewati masa kritisnya sendiri. Titik awalnya sangat berbeda," kata Hensch.
(Baca juga: Tidur yang Cukup dan Rajin Olahraga Kurangi Risiko Stroke)
Meski dua temuan tersebut memberikan harapan besar bagi penderita stroke, tapi pendapat berbeda diungkapkan oleh Nick Ward, seorang profesor neurologi klinis dan neurorehabilitasi di University College London.
Menurut Ward, orang dewasa yang sembuh dari stroke tidak dapat menggunakan bagian otak mereka yang lain untuk mengambil alih tugas.
"Pasien stroke yang telah pulih dengan baik cebderung memiliki pola aktivitas berbeda dibanding orang sehat. Bagian lain dari jaringan bahasa dapat digubakan untuk mendukung pemulihan bahasa," kata Ward.
Ward juga mencatat, diperkirakan dari model hewan, bahwa stroke itu sendiri dapat meningkatkan plastisitas otak pada orang dewasa selama beberapa bulan. Ini berarti, rehabilitasi dan pelatihan tepat waktu adalah kunci.
Artikel ini pernah tayang di Kompas.com. Baca artikel sumber.