Peneliti Kembangkan Pil KB Untuk Pria

By , Kamis, 1 Maret 2018 | 11:00 WIB

Langkah berikutnya dalam perjalanan menemukan obat

Hasil-hasil yang kami capai menjanjikan prospek cerah karena molekul kandidat kami, tidak seperti ouabain, terbukti tidak beracun pada tikus. Modifikasi kami adalah langkah besar ke depan dalam proses mengembangkan pil KB pria nonhormonal. Tetapi masih banyak yang harus dikerjakan sebelum kaum pria bisa membeli alat kontrasepsi ini di apotek.

Analog ouabain kami sudah memperlihatkan prospek dalam penelitian terhadap tikus untuk mengurangi motilitas sperma, sehingga kajian-kajian di masa mendatang akan berfokus pada efektivitas senyawa terobosan kami sebagai sebuah kontrasepsi aktual pada hewan. Kami perlu membuktikan bahwa pengurangan dalam pergerakan sperma menyebabkan penurunan dalam pembuahan sel telur.

Kemudian, kami akan mulai menempuh langkah-langkah standar dalam penemuan obat seperti melakukan kajian toksikologi dan farmakologi keselamatan ketika kami bergerak maju menuju perencanaan dan pelaksanaan berbagai uji klinis. Tim kami sudah mengambil langkah selanjutnya untuk menguji senyawa kami dalam percobaan kawin hewan. Jika segala sesuatunya berjalan sesuai rencana, kami berharap bisa melakukan uji klinis pada manusia dalam lima tahun ke depan.

Pil KB pria yang efektif dan bersifat sementara (reversible) sudah di depan mata. Angka-angka Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa pengurangan motilitas sperma sebanyak 50% atau kurang sudah cukup untuk membuat laki-laki tidak subur sementara. Penelitian kami yang sedang berlangsung membawa kita selangkah lebih dekat pada perluasan opsi bagi kontrol kelahiran pria, memberi 7,6 miliar penduduk dunia opsi yang paling diperlukan bagi kontrasepsi yang aman dan bersifat sementara.

Gunda Georg, Professor of Medicinal Chemistry and Director of the Institute for Therapeutics Discovery and Development, University of Minnesota; Jon Hawkinson, Research Professor of Medicinal Chemistry and Associate Program Director of the Institute for Therapeutics Discovery and Development, University of Minnesota, dan Shameem Syeda, Principal Scientist at the Institute for Therapeutics Discovery and Development, University of Minnesota

Sumber asli artikel ini dari The Conversation. Baca artikel sumber.