Agar traktor bekerja dalam pembibitan dan proses panen, para peneliti menggunakan menu autopilot dari drone, yang menurut Abell merupakan hal tak biasa dalam penelitian.
"Kami hanya punya waktu setahun untuk mengerjakan proyek ini, jadi kami harus memilih sesuatu yang tidak memerlukan banyak pengembangan," katanya.
"Jadi kami harus menyesuaikan sistem itu agar bekerja seperti sistem kemudi otomatis dan mencapai garis lurus yang diketahui oleh petani."
Uji coba lebih lanjut dibutuhkan
Setelah satu tahun menanam, memantau dan memanen tanaman barley, para peneliti bisa menunjukkan bahwa masa depan pertanian bisa benar-benar otomatis.
Tapi masih banyak pekerjaan dan pengujian yang harus dilakukan dalam skala yang lebih besar.
Abell mengatakan bahwa mereka bisa membuktikan hal itu bisa dilakukan karena sebagian dari proyek tersebut akan dilakukan dengan anggaran kecil.
"Kira-kira yang kami punya $ 350.000 (atau setara Rp 3,5 miliar) dan itu juga untuk menyewa waktu tiga orang, dan juga semua peralatan yang harus kami beli.”
"Saya yakin jika kami bisa mewujudkannya dengan anggaran itu, mereka bisa melakukannya secara komersil dengan sesuatu yang mudah dilakukan bagi petani."
(Baca juga: Penggunaan Drone untuk Mengirim Obat-obatan di Daerah Terpencil)
Abell mengatakan bahwa barley yang ditanam di Hands Free Hectare akan dimanfaatkan dengan baik.
"Kami saat ini mendapatkan gandum barley untuk menghasilkan bir tanpa bantuan tangan dan saat ini sedang dalam proses," katanya.
"Jadi mudah-mudahan dalam beberapa bulan kami akan memiliki minuman bir (yang diproses) tanpa tangan, yang akan bagus untuk menyelesaikan proyek ini, untuk merayakannya atau semacamnya."
Artikel ini pernah tayang di australiaplus.com. Baca artikel sumber.