Ritual kuno inilah yang ternyata nantinya dapat berguna bagi para peneliti berabad-abad kemudian.
Baca juga: "Lahirnya" Komet Chury
"Ketika mereka membakar tanah liat pada suhu yang sangat tinggi, mereka sebenarnya sedang menstabilkan mineral magnetik. Kemudian saat proses ini selesai dan mendingin, mereka 'mengunci' catatan medan magnet bumi," jelas salah satu tim, ahli geofisika John Tarduno.
Dengan demikian, analisis terhadap artefak kuno yang bertahan dari pembakaran ini dapat menunjukkan lebih dari sekadar praktik budaya nenek moyang orang Afrika selatan saat ini, namun juga dapat menunjukan perihal medan magnet bumi saat itu.
"Kami mencari perilaku anomali yang berulang karena kami pikir itulah yang terjadi hari ini dan menyebabkan Anomali Atlantik Selatan," kata Tarduno.
"Kami menemukan bukti bahwa anomali ini telah terjadi di masa lalu, dan ini membantu kita mengkontekstualkan perubahan arus di medan magnet."
Seperti "kompas yang membeku sesaat setelah pembakaran", artefak tersebut menunjukkan bahwa pelemahan di Anomali Atlantik Selatan bukanlah fenomena sejarah yang berdiri sendiri.
Fluktuasi serupa pernah terjadi pada tahun 400-450, 700-750, dan 1225-1550 –– dan fakta bahwa ada sebuah pola yang mengatakan bahwa posisi Atlantik Selatan Anomali bukanlah kebetulan geografis.
"Kami mendapatkan bukti kuat bahwa ada hal yang tidak biasa mengenai batas lapisan-inti di bawah Afrika yang dapat memiliki dampak penting pada medan magnet global," kata Tarduno.
Pelemahan medan magnet bumi ini -- yang telah berlangsung selama 160 tahun terakhir –– diperkirakan disebabkan oleh waduk besar dari batu padat yang disebut African Large Low Shear Velocity Province, yang terletak sekitar 2.900 kilometer (1.800 mil ) di bawah benua Afrika.
"Ini adalah fitur mendalam yang pastinya berusia puluhan juta tahun," para peneliti menjelaskan dalam sebuah pembicaraan tahun lalu.